PM Inggris Tak Yakin BP Terlibat Kasus Lockerbie
21 Juli 2010 11:04 WIB
Presiden AS Barack Obama (kanan) tersenyum saat Perdana Menteri David Cameron berbicara kepada media mengikuti pertemuan mereka di Gedung Putih, Washington, Selasa (20/7). Cameron berusaha meredam ketegangan terhadap BP Plc pada Selasa dengan bertemu Obama yang dapat menguji "hubungan spesial" yang membanggakan antara kedua negara. (ANTARA/REUTERS/Larry Downing)
Washington (ANTARA News) - Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan, dia tidak yakin keputusan Pemerintah Skotlandia membebaskan pelaku pengeboman Lockerbie karena pengaruh lobi perusahaan minyak dunia, "British Petroleum".
Pemimpin Inggris itu pun akhirnya setuju bertemu sejumlah anggota Senat Amerika Serikat (AS) yang marah setelah adanya kabar bahwa BP ikut mendorong pembebasan pelaku pengeboman itu guna mengamankan perjanjian bisnis minyaknya dengan Libya, sebagaimana dikutip dari AFP.
Sebelumnya, di sela kunjungan perdananya ke AS itu, PM Cameron sempat enggan bertemu para senator tersebut.
Dalam pernyataan persnya, Selasa, PM Cameron menegaskan bahwa dia tidak melihat adanya pengaruh BP terhadap keputusan Pemerintah Skotlandia membebaskan Abdelbaset Ali Mohmet al-Megrahi.
"Mereka itu digoyang oleh pertimbangan mereka tentang perlunya dia dibebaskan atas dasar rasa kasihan. Dasar pertimbangan itu yang saya rasa salah besar."
"Saya tak melihat memberikan rasa kasihan kepada seorang pembunuh massal seperti itu benar," katanya.
PM Cameron, yang ketika keputusan kontroversial itu diambil berada di kubu oposisi, menolak untuk melakukan penyelidikan atas kasus itu.
Namun dia sudah memerintahkan peninjauan kembali dokumen-dokumen yang terkait dengan kasus pembebasan pelaku pengeboman Lockerbie tersebut menyusul adanya permintaan Menlu Hillary Clinton.
"Saya sudah minta sekretaris kabinet memeriksa lagi semua dokumen yang ada dan melihat apakah diperlukan publikasi dokumen-dokumen lain yang bertalian dengan latar-belakang keputusan ini," katanya setelah bertemu Presiden Barack Obama di Gedung Putih.
Seperti kebanyakan warga Amerika, Presiden Obama juga "kaget, kecewa, dan marah" dengan pembebasan warga Libya itu.
Pemimpin AS tersebut menyambut setiap informasi tambahan yang memberi pemahaman baru keputusan kontroversial itu.
"Tapi, saya rasa kunci memahami kasus ini adalah perdana menteri Inggris yang ikut marah dengan keputusan tersebut dan juga keberatan dengan bagaimana keputusan itu diambil," katanya.
Pekan lalu, beberapa senator AS telah meminta Menteri Luar Negeri Hillary Clinton agar menyelidiki BP dalam kasus Lockerbie.
Penyelidikan itu dimaksudkan untuk mengungkap apakah BP menekan pemerintah Inggris agar membebaskan pelaku pemboman Lockerbie demi melindungi kesepakatan yang menguntungkan dengan Libya.
"Bukti yang nyata di bencana tumpahan minyak (Teluk Meksiko) menunjukkan gelagat BP yang menempatkan keuntungan di atas manusia," kata empat anggota Senat AS.
Keempat senator itu adalah Senator Partai Demokrat dari Wilayah Pemilihan New York, Chuck Schumer dan Kristen Gillibrand, serta Robert Menendez dan Frank Lautenberg (New Jersey).
Dalam suratnya kepada Hillary, para senator itu bertanya apakah BP memperdagangkan keadilan kasus pembunuhan 270 orang tak berdosa dengan keuntungan minyak dari Libya.
Untuk memperkuat argumentasi mereka, para senator Partai Demokrat itu menunjuk laporan harian Times Inggris pada September 2009.
Laporan Times tersebut menyebutkan BP melobi Menteri Kehakiman Jack Straw untuk membebaskan Abdelbaset Ali Mohmet al-Megrahi guna mengamankan kesepakatan eksplorasi minyak senilai 900 juta dolar AS tahun 2007 dengan Libya. Laporan itu dibantah BP.
Kendati ditentang AS, Abdelbaset Ali Mohmet al-Megrahi akhirnya dibebaskan dari penjara Skotlandia pada Agustus 2009 dengan alasan kesehatan.
Pemerintah Skotlandia mengizinkan warga Libya itu kembali ke negara asalnya dengan pertimbangan bahwa, menurut diagnosa dokter, dia hanya akan hidup dalam hitungan bulan.
Namun laporan terbaru menyebutkan bahwa kemungkinan Al-Megrahi masih hidup selama 10 tahun atau bahkan lebih lama lagi.
Dengan dilakukannya penyelidikan atas peran BP itu, akan diketahui bagaimana keputusan Pengadilan Skotlandia membebaskan warga Libya tersebut bisa lahir.
"Kita pun akan terbantu untuk tahu apakah BP menggunakan `uang darah` untuk membayar klaim ganti rugi bagi para korban bencana pencemaran perairan Teluk Meksiko," kata para anggota Senat AS itu dalam suratnya kepada Menlu Hillary.
Al-Megrahi (58) adalah satu-satunya pelaku yang divonis bersalah dalam pengeboman Pesawat Jumbo Jet "Pan-Am" AS di atas Kota Lockerbie, Skotlandia, tahun 1988 itu.
Dalam insiden tersebut, 270 orang tewas; kebanyakan warga AS.
(R013/A024)
Pemimpin Inggris itu pun akhirnya setuju bertemu sejumlah anggota Senat Amerika Serikat (AS) yang marah setelah adanya kabar bahwa BP ikut mendorong pembebasan pelaku pengeboman itu guna mengamankan perjanjian bisnis minyaknya dengan Libya, sebagaimana dikutip dari AFP.
Sebelumnya, di sela kunjungan perdananya ke AS itu, PM Cameron sempat enggan bertemu para senator tersebut.
Dalam pernyataan persnya, Selasa, PM Cameron menegaskan bahwa dia tidak melihat adanya pengaruh BP terhadap keputusan Pemerintah Skotlandia membebaskan Abdelbaset Ali Mohmet al-Megrahi.
"Mereka itu digoyang oleh pertimbangan mereka tentang perlunya dia dibebaskan atas dasar rasa kasihan. Dasar pertimbangan itu yang saya rasa salah besar."
"Saya tak melihat memberikan rasa kasihan kepada seorang pembunuh massal seperti itu benar," katanya.
PM Cameron, yang ketika keputusan kontroversial itu diambil berada di kubu oposisi, menolak untuk melakukan penyelidikan atas kasus itu.
Namun dia sudah memerintahkan peninjauan kembali dokumen-dokumen yang terkait dengan kasus pembebasan pelaku pengeboman Lockerbie tersebut menyusul adanya permintaan Menlu Hillary Clinton.
"Saya sudah minta sekretaris kabinet memeriksa lagi semua dokumen yang ada dan melihat apakah diperlukan publikasi dokumen-dokumen lain yang bertalian dengan latar-belakang keputusan ini," katanya setelah bertemu Presiden Barack Obama di Gedung Putih.
Seperti kebanyakan warga Amerika, Presiden Obama juga "kaget, kecewa, dan marah" dengan pembebasan warga Libya itu.
Pemimpin AS tersebut menyambut setiap informasi tambahan yang memberi pemahaman baru keputusan kontroversial itu.
"Tapi, saya rasa kunci memahami kasus ini adalah perdana menteri Inggris yang ikut marah dengan keputusan tersebut dan juga keberatan dengan bagaimana keputusan itu diambil," katanya.
Pekan lalu, beberapa senator AS telah meminta Menteri Luar Negeri Hillary Clinton agar menyelidiki BP dalam kasus Lockerbie.
Penyelidikan itu dimaksudkan untuk mengungkap apakah BP menekan pemerintah Inggris agar membebaskan pelaku pemboman Lockerbie demi melindungi kesepakatan yang menguntungkan dengan Libya.
"Bukti yang nyata di bencana tumpahan minyak (Teluk Meksiko) menunjukkan gelagat BP yang menempatkan keuntungan di atas manusia," kata empat anggota Senat AS.
Keempat senator itu adalah Senator Partai Demokrat dari Wilayah Pemilihan New York, Chuck Schumer dan Kristen Gillibrand, serta Robert Menendez dan Frank Lautenberg (New Jersey).
Dalam suratnya kepada Hillary, para senator itu bertanya apakah BP memperdagangkan keadilan kasus pembunuhan 270 orang tak berdosa dengan keuntungan minyak dari Libya.
Untuk memperkuat argumentasi mereka, para senator Partai Demokrat itu menunjuk laporan harian Times Inggris pada September 2009.
Laporan Times tersebut menyebutkan BP melobi Menteri Kehakiman Jack Straw untuk membebaskan Abdelbaset Ali Mohmet al-Megrahi guna mengamankan kesepakatan eksplorasi minyak senilai 900 juta dolar AS tahun 2007 dengan Libya. Laporan itu dibantah BP.
Kendati ditentang AS, Abdelbaset Ali Mohmet al-Megrahi akhirnya dibebaskan dari penjara Skotlandia pada Agustus 2009 dengan alasan kesehatan.
Pemerintah Skotlandia mengizinkan warga Libya itu kembali ke negara asalnya dengan pertimbangan bahwa, menurut diagnosa dokter, dia hanya akan hidup dalam hitungan bulan.
Namun laporan terbaru menyebutkan bahwa kemungkinan Al-Megrahi masih hidup selama 10 tahun atau bahkan lebih lama lagi.
Dengan dilakukannya penyelidikan atas peran BP itu, akan diketahui bagaimana keputusan Pengadilan Skotlandia membebaskan warga Libya tersebut bisa lahir.
"Kita pun akan terbantu untuk tahu apakah BP menggunakan `uang darah` untuk membayar klaim ganti rugi bagi para korban bencana pencemaran perairan Teluk Meksiko," kata para anggota Senat AS itu dalam suratnya kepada Menlu Hillary.
Al-Megrahi (58) adalah satu-satunya pelaku yang divonis bersalah dalam pengeboman Pesawat Jumbo Jet "Pan-Am" AS di atas Kota Lockerbie, Skotlandia, tahun 1988 itu.
Dalam insiden tersebut, 270 orang tewas; kebanyakan warga AS.
(R013/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010
Tags: