Bandarlampung (ANTARA News) - Para pedagang komoditas cabai pada sejumlah pasar di Kota Bandarlampung mengakui harga cabai kini berangsur turun, akibatnya mereka ketakutan menimbun persediaan (stok) dalam jumlah banyak, karena takut bisa merugi.

"Harga cabai sekarang turun dan cepat berubah-ubah, tidak bisa jadi patokan, karena itu saya tidak berani beli banyak-banyak nanti bisa rugi," kata pedagang sembilan bahan pokok di Pasar Tempel Gotong Royong, Kota Bandarlampung, Ny Maisaroh, di Bandarlampung, Rabu.

Hasil pemantauan langsung di pasaran juga menunjukkan, meski komoditas cabai baik cabai merah besar, cabai merah keriting, dan cabai rawit banyak yang menjual, namun para pedagang umumnya tidak memiliki stok yang terlalu menggunung.

"Sekarang harga cabai sudah turun, saya tidak berani beli banyak-banyak, cuma untuk berjualan secukupnya saja," katanya lagi.

Harga cabai merah besar dan cabai rawit di Kota Bandarlampung mulai turun tipis, dan para konsumen menyambut dengan gembira.

Pedagang sayur-mayur di pasar tempel, Gotong Royong, Tanjungkaran Pusat, Kota Bandarlampung, Ny Sulastri (50), mengatakan, harga cabai turun tipis dibandingkan hari-hari sebelumnya, antara lain karena pasokan mulai banyak.

"Harga cabai memang mulai turun, tapi ya begitulah, masih tipis," katanya.

Secara rinci, cabai merah besar dijual dengan harga Rp40.000/kg, dari sebelunmnya Rp45.000 hingga Rp48.000/kg.

Lalu cabai rawit kualitas sedang (cabai caplak) dari sebelumnya Rp30.000/kg, kini Rp20.000/kg, begitu pula cabai rawit kualitas baik masih bertahan sekitar Rp25.000 hingga Rp30.000/kg.

Sementara itu, turunnya harga cabai itu disambut gembira oleh sejumlah konsumen, terutama ibu rumah tangga di Kota Bandarlampung dan Provinsi Lampung pada umumnya.

Sebelumnya para konsumen di Provinsi Lampung banyak mengeluhkan kenaikan harga cabai di pasaran, seperti cabai merah besar yang sampai Rp45.000 hingga Rp50.000/kg, sedangkan di saat musim panen cabai bisa di bawah Rp10.000, atau belasan ribu rupiah per kilogram.

Akibat mahalnya harga cabai dalam beberapa pekan terakhir, banyak konsumen baik rumah tangga dan rumah makan, restoran, serta perhotelan maupun industri makanan, yang mulai menyiasati untuk mengurangi porsi dalam mengonsumsi cabai itu.
(M023/A024)