Jakarta (ANTARA) - Pengamat mengapresiasi usulan Partai Demokrat agar Pemerintah memberikan perhatian penuh bagi para keluarga awak KRI Nanggala-402 yang gugur di medan tugas.

Pengamat politik Adi Prayitno di Jakarta, Selasa, menganggap tiga usulan yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono relevan dengan kondisi yang dihadapi para keluarga prajurit.

Tiga usulan tersebut adalah keluarga tetap menerima gaji utuh, beasiswa bagi anak-anak mereka, dan fasilitas perumahan.

"Mas AHY berdinas militer selama 16 tahun sebagai komandan, dia mestinya tahu betapa berharganya setiap nyawa prajurit, dan di balik setiap nyawa prajurit itu, ada keluarga yang menggantungkan hidupnya. Bayangkan saat kepala keluarga mereka gugur dalam tugas, ini soal kemanusiaan," katanya.

Adi Prayitno memandang perlu untuk tidak memandang usulan Partai Demokrat dengan kacamata politik semata.

Menurut dia, dari sisi kemanusiaan, Indonesia sedang berkabung nasional sebab kehilangan patriot terbaik.

Baca juga: AHY harap pemerintah perhatikan keluarga prajurit KRI Nanggala-402

"Peran para awak yang gugur sebagai ayah, suami, maupun anak dari keluarga yang mereka tinggalkan, tidak akan pernah tergantikan selamanya," kata Adi.
Pemerintah tentunya sudah punya prosedur tetap bagi keluarga prajurit yang ditinggalkan. Kendati demikian, tenggelamnya KRI Nanggala-402 perlu dilihat sebagai kejadian luar biasa yang tidak boleh disikapi dengan cara biasa.

Dosen FISIP Unsyiah Banda Aceh Aryos Nivada menggarisbawahi gugurnya Letkol (P) Irfan Suri asal Samalanga, Bireun sebagai wujud kesetiaan dan pengorbanan masyarakat Aceh demi keutuhan NKRI.

Aryos mengapresiasi Pemerintah yang sudah mewujudkan salah satu bentuk perhatian penuh kepada para keluarga awak kapal selam sama dengan salah satu dari tiga poin usulan Partai Demokrat.

Pemerintah melalui Menteri Pertahanan sudah setuju untuk memberi beasiswa penuh bagi anak-anak para awak KRI Nanggala-402.

Harapan yang sama dinyatakan pengamat Mochtar W. Oetomo dari Surabaya. Menurut dia, sebanyak 47 dari 53 awak yang gugur berasal Jawa Timur.

"Arek-arek ini patriot bangsa yang sejati. Kejadian yang luar biasa, sudah sepatutnya negara memperlakukan mereka dengan luar biasa. Jangan cukup mengikuti protap yang berlaku saja," kata Mochtar.

Baca juga: Polda DIY proses hukum anggotanya yang komentari negatif insiden KRI
Ia menegaskan, "Jadi prajurit itu memang memahami sebuah kontrak mati. Setiap prajurit tahu itu. Begitu pula, dengan keluarganya."

Akan tetapi, ketika akhirnya mereka gugur dalam tugas, lanjut dia, peran mereka dalam keluarga masing-masing tetap tidak tergantikan.

"Oleh karena itu, setidak-tidaknya negara bisa meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Tiga hal yang diusulkan Demokrat sudah pas" ujarnya.