Miniatur moge dari limbah paralon diminati konsumen mancanegara
24 April 2021 13:50 WIB
Bahrun Mustofa (40) warga Dusun Jurangsari, Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung menunjukkan hasil karyanya miniatur moge klasik dengan harga jutaan rupiah. ANTARA/Heru Suyitno.
Temanggung (ANTARA) - Miniatur motor gede (moge) klasik yang dibuat dari limbah paralon (PVC) karya Bahrun Mustofa (40), warga Dusun Jurangsari, Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, diminati banyak konsumen dari mancanegara.
"Hampir semua peminat karya saya ini dari mancanegara, seperti Amerika Serikat, Malaysia, dan Israel," kata Bahrun di Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu.
Ia menyebutkan karya ekonomi kreatif dari limbah PVC ini dijual dengan harga mulai dari Rp2,5 juta tergantung skala dan kerumitannya.
"Pernah mendapat pesanan dari warga Amerika Serikat dengan harga Rp15 juta, dengan bagian-bagian miniatur moge tersebut bisa dilepas," katanya.
Baca juga: Limbah daun tembakau jadi kerajinan bernilai jutaan rupiah
Bahrun menyampaikan penjualannya via daring, namun meskipun sudah lama tidak online tetapi ada saja konsumen yang memesan karyanya, mungkin dari teman-teman konsumen sendiri.
Menurut dia rata-rata pemesan mengirim gambar, kebanyakan yang dibuatkan miniatur itu sepeda motor mereka, kemudian skala miniatur terserah pemesan.
"Kebanyakan kalau permintaan dari Amerika Serikat dengan skala 1:6 sampai 1:10, tetapi kalau orang Malaysia skala 1:12," katanya.
Ia menuturkan awal mula membuat miniatur moge pada 2013 akhir, waktu itu masih menggunakan timah. Kemudian tahun 2015 awal beralih menggunakan bahan PVC
"Saya beralih membuat karya dari bahan timah ke PVC setelah dapat saran dari konsumen, yang merasa kasihan dengan saya dan keluarga saya akan bahaya radiasi dari timah," katanya.
Baca juga: Industri mebel dan kerajinan disebut hasilkan devisa di saat pandemi
Bahrun menyebutkan sebelum pandemi COVID-19, rata-rata setiap tahun bisa membuat karya miniatur moge sekitar 15-20 unit tergantung kerumitannya, namun pada masa pandemi tahun lalu hanya ada 8 pesanan.
Bahrun mengaku membuat miniatur moge ini belajar secara otodidak dan tidak mempunyai latar pendidikan seni maupun teknik mesin.
"Saya hanya lulusan SMA, saya membuat karya ini karena kepepet oleh keadaan harus mencukupi kebutuhan keluarga," katanya.
"Hampir semua peminat karya saya ini dari mancanegara, seperti Amerika Serikat, Malaysia, dan Israel," kata Bahrun di Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu.
Ia menyebutkan karya ekonomi kreatif dari limbah PVC ini dijual dengan harga mulai dari Rp2,5 juta tergantung skala dan kerumitannya.
"Pernah mendapat pesanan dari warga Amerika Serikat dengan harga Rp15 juta, dengan bagian-bagian miniatur moge tersebut bisa dilepas," katanya.
Baca juga: Limbah daun tembakau jadi kerajinan bernilai jutaan rupiah
Bahrun menyampaikan penjualannya via daring, namun meskipun sudah lama tidak online tetapi ada saja konsumen yang memesan karyanya, mungkin dari teman-teman konsumen sendiri.
Menurut dia rata-rata pemesan mengirim gambar, kebanyakan yang dibuatkan miniatur itu sepeda motor mereka, kemudian skala miniatur terserah pemesan.
"Kebanyakan kalau permintaan dari Amerika Serikat dengan skala 1:6 sampai 1:10, tetapi kalau orang Malaysia skala 1:12," katanya.
Ia menuturkan awal mula membuat miniatur moge pada 2013 akhir, waktu itu masih menggunakan timah. Kemudian tahun 2015 awal beralih menggunakan bahan PVC
"Saya beralih membuat karya dari bahan timah ke PVC setelah dapat saran dari konsumen, yang merasa kasihan dengan saya dan keluarga saya akan bahaya radiasi dari timah," katanya.
Baca juga: Industri mebel dan kerajinan disebut hasilkan devisa di saat pandemi
Bahrun menyebutkan sebelum pandemi COVID-19, rata-rata setiap tahun bisa membuat karya miniatur moge sekitar 15-20 unit tergantung kerumitannya, namun pada masa pandemi tahun lalu hanya ada 8 pesanan.
Bahrun mengaku membuat miniatur moge ini belajar secara otodidak dan tidak mempunyai latar pendidikan seni maupun teknik mesin.
"Saya hanya lulusan SMA, saya membuat karya ini karena kepepet oleh keadaan harus mencukupi kebutuhan keluarga," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: