Jakarta (ANTARA) - Dikirimnya empat orang astronot oleh SpaceX, perusahaan penjelajahan luar angkasa yang diinisiasi oleh Elon Musk, rupanya berasal dari dana sebesar 2,6 miliar Dolar AS yang berasal dari kontrak hasil kerjasama antara NASA dan SpaceX.

Melansir CNN, Jumat, kerjasama itu merupakan upaya NASA untuk mengirim astronot mengisi Stasiun Luar Angkasa yang telah berjalan sekitar satu dekade setelah dihentikannya program “Space Shuttle” pada 2011.

Dihentikannya program itu menjadikan Pesawat Ruang Angkasa milik Rusia yaitu Soyuz sebagai satu-satunya cara untuk mengirimkan astronot ke luar angkasa dari atau pun menuju Stasiun Internasional Luar Angkasa.

Amerika Serikat pun harus membayar sebesar 90 juta dolar AS kepada Rusia untuk satu tempat duduk dalam satu perjalanan menuju luar angkasa.

Lewat kontrak kerjasama antara NASA sebagai Badan Antariksa milik pemerintah Amerika Serikat dan SpaceX sebagai perusahaan swasta , menjadikan proyek itu sebagai sejarah awal pelibatan sektor swasta dalam pengembangan misi mengirim astronot ke luar angkasa.

Dengan harga kontrak tetap senilai 2,6 miliar Dolar AS itu mereka berupaya mengirim “Crew Dragon” sebutan untuk astronot yang dikirim untuk misi penjelajahan luar angkasa oleh NASA.

Pada Mei 2020, SpaceX telah berhasil mengirim “Crew Dragon” dalam misi percobaan bernama “Demo-2” dengan astronot Douglas Hurley dan Robert Behnken yang berasal dari NASA.

Keduanya diminta tinggal di Stasiun Internasional Luar Angkasa selama 4 bulan lamanya, Lalu astronot lainnya dikirim lagi pada November 2020.

Kerjasama sektor swasta lainnya bersama NASA untuk misi serupa tengah dikerjakan oleh Boeing, dengan sebutan Starliner yang masih dalam tahap percobaan.

Terbaru pada Jumat ini, SpaceX akan kembali mengirim empat orang astronot dari tiga negara untuk menjalankan misi baru dengan fokus adalah mempelajari jaringan tisu yang merupakan jaringan terkecil yang terdapat dalam tubuh manusia yang diharapkan oleh NASA dapat menjadi kunci untuk mengembangkan obat ataupun vaksin.

Peluncuran yang akan dilakukan SpaceX itu akan menggunakan pendorong roket serta pesawat ruang angkasa bernama “Endeavour” yang sebelumnya digunakan untuk misi “Demo-2 2020”.

Meski sudah sering digunakan untuk mengirim satelit dan kargo dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan ulang mesin itu untuk mengirim individu berupa manusia untuk menjalankan misi merupakan kali pertama bagi SpaceX.

Keempatnya akan menghabiskan waktu selama 6 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional setelah kapsul yang digunakannya berhasil berlabuh pada Sabtu pagi.

Penerbangan akan dimulai di Kennedy Space Center di Florida pada Jumat dini hari dengan acuan Eastern Time (ET) atau Jumat sore dengan acuan Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB).

Jika tidak ada kendala seperti badai, maka roket akan lepas landas pukul 05.49 AM ET atau pukul 16.49 WIB.

Salah satu astronot yang dikirim NASA adalah Meghan McArthur merupakan veteran dari proyek Space Shuttle dan juga merupakan istri dari Robert Behnken yang sebelumnya terlibat untuk misi “Demo-2”.

“Saya dalam satu tahun ini benar-benar belajar dari pengalamannya (Behnken),” kata Meghan yang akan memimpin kendali sebagai pilot dalam misi kali ini.

Selain Meghan, NASA mengirimkan Shane Kimbrough seorang kolonel tentara yang sudah pensiun dan pernah menjalankan dua misi di Stasiun Internasional Luar Angkasa bersama dengan perwakilan dari Jepang Akhihiko Hoshide dan perwakilan Prancis Thomas Pesquet yang juga berpengalaman dalam misi luar angkasa.

Perwakilan dari Prancis yaitu Thomas Pesquet mengapresiasi penerbangan dengan menggunakan peluncur roket yang telah digunakan berulang kali dan menjadikannya bersama krunya mengagas ide penggunaan ulang untuk membuat biaya perjalanan luar angkasa menjadi lebih murah.

Ia bahkan ingin membubuhkan kenang- kenangan berupa goresan inisial di dalam kapsulnya untuk menandakan hal itu.

“Saya tidak tahu apakah itu (coretan inisial) bisa bertahan, tapi saya rasa itu akan sangat keren,” kata Thomas Pesquet.