Olimpiade
Pelatihan relawan Olimpiade Tokyo dimulai
22 April 2021 20:55 WIB
Seorang pria yang mengenakan masker pelindung berjalan melewati iklan Olimpiade Tokyo 2020 yang telah ditunda hingga 2021 karena wabah penyakit coronavirus (COVID-19), di Tokyo, Jepang, 22 Januari 2021. ANTARA/REUTERS / Issei Kato/pri.
Jakarta (ANTARA) - Pelatihan telah dimulai bagi mereka yang terpilih sebagai ketua relawan, yang akan membantu di tempat-tempat kompetisi dan desa atlet untuk Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, Kamis, bahkan di tengah tingginya skeptisme publik mengenai penyelenggaraan ajang tersebut.
Pelatihan itu menargetkan 6.000 dari sekitar 80.000 sukarelawan yang telah mendaftar untuk Olimpiade, dengan jadwal pelatihan pada Kamis, sebagai sesi pertama dari sekitar 20 sesi yang akan diadakan hingga Mei.
Sekitar 310 orang berpartisipasi secara daring, baik untuk sesi pagi maupun siang hari, dan diberikan pengarahan tentang peran mereka sebagai ketua tim relawan, mulai dari mengadakan pertemuan sebelum shift, memeriksa relawan dan mengonfirmasi pemain untuk hari berikutnya.
Baca juga: Jepang pertimbangkan atlet Olimpiade bawa stimulan medis
Untuk mencegah penyebaran virus corona, penyelenggara juga meminta agar para ketua tim relawan mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak sosial, memakai masker dan mensterilkan barang-barang yang digunakan bersama.
Olimpiade Tokyo, yang telah ditunda selama satu tahun karena pandemi, dijadwalkan akan dimulai dalam waktu kurang dari 100 hari. Pemerintah Jepang mempertimbangkan untuk menempatkan Tokyo dan Osaka, Prefektur Kyoto dan Hyogo dalam status darurat ketiga mulai Minggu (25/4) hingga 11 Mei.
Di tengah lonjakan kasus COVID-19, penyelenggara telah mempelajari beberapa kemungkinan mengenai penonton, termasuk mengadakan pertandingan secara tertutup dan membatasi kerumunan hingga 50 persen dari kapasitas tempat.
"Segalanya menjadi kacau sekarang karena pandemi virus corona dan saya yakin keadaan juga akan sulit nantinya. Tapi saya pikir itu juga akan membuat pengalaman yang lebih berkesan," kata penasihat The Nippon Foundation Volunteer Support Center Masaya Ninomiya yang menjadi pembicara pada pelatihan tersebut, seperti dikutip dari Kyodo, Kamis.
"Saya harap Anda tidak mencoba menyelesaikan masalah sendiri, tetapi menghargai kekuatan kerja tim," tambahnya.
Baca juga: Presiden IOC dukung pemberlakuan keadaan darurat di Tokyo
Hiroko Satake, penata busana berusia 41 tahun dari distrik Taito, Tokyo, yang merupakan salah satu sukarelawan dalam pelatihan tersebut, mengaku meskipun dia ingin membuat Olimpiade Tokyo sukses dengan memastikan melakukan protokol kesehatan, dia "akan merasa lebih aman jika mereka yang ingin divaksinasi bisa mendapatkan vaksinasi."
Pelatihan khusus tempat untuk relawan akan berlangsung pada Juni, menjelang pembukaan Olimpiade pada 23 Juli.
Survei yang dilakukan Kyodo News pada awal bulan ini menunjukkan 39,2 persen responden berpendapat Olimpiade harus dibatalkan, sementara 32,8 persen mengatakan perhelatan akbar pertandingan olahraga tersebut harus dijadwalkan ulang.
Baca juga: Penyelenggara Olimpiade laporkan kasus COVID-19 pertama di kirab obor
Baca juga: Spanyol pastikan atlet Olimpiade disuntik vaksin COVID-19
Baca juga: Penyelenggara Olimpiade Tokyo tunda keputusan batasan jumlah penonton
Pelatihan itu menargetkan 6.000 dari sekitar 80.000 sukarelawan yang telah mendaftar untuk Olimpiade, dengan jadwal pelatihan pada Kamis, sebagai sesi pertama dari sekitar 20 sesi yang akan diadakan hingga Mei.
Sekitar 310 orang berpartisipasi secara daring, baik untuk sesi pagi maupun siang hari, dan diberikan pengarahan tentang peran mereka sebagai ketua tim relawan, mulai dari mengadakan pertemuan sebelum shift, memeriksa relawan dan mengonfirmasi pemain untuk hari berikutnya.
Baca juga: Jepang pertimbangkan atlet Olimpiade bawa stimulan medis
Untuk mencegah penyebaran virus corona, penyelenggara juga meminta agar para ketua tim relawan mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak sosial, memakai masker dan mensterilkan barang-barang yang digunakan bersama.
Olimpiade Tokyo, yang telah ditunda selama satu tahun karena pandemi, dijadwalkan akan dimulai dalam waktu kurang dari 100 hari. Pemerintah Jepang mempertimbangkan untuk menempatkan Tokyo dan Osaka, Prefektur Kyoto dan Hyogo dalam status darurat ketiga mulai Minggu (25/4) hingga 11 Mei.
Di tengah lonjakan kasus COVID-19, penyelenggara telah mempelajari beberapa kemungkinan mengenai penonton, termasuk mengadakan pertandingan secara tertutup dan membatasi kerumunan hingga 50 persen dari kapasitas tempat.
"Segalanya menjadi kacau sekarang karena pandemi virus corona dan saya yakin keadaan juga akan sulit nantinya. Tapi saya pikir itu juga akan membuat pengalaman yang lebih berkesan," kata penasihat The Nippon Foundation Volunteer Support Center Masaya Ninomiya yang menjadi pembicara pada pelatihan tersebut, seperti dikutip dari Kyodo, Kamis.
"Saya harap Anda tidak mencoba menyelesaikan masalah sendiri, tetapi menghargai kekuatan kerja tim," tambahnya.
Baca juga: Presiden IOC dukung pemberlakuan keadaan darurat di Tokyo
Hiroko Satake, penata busana berusia 41 tahun dari distrik Taito, Tokyo, yang merupakan salah satu sukarelawan dalam pelatihan tersebut, mengaku meskipun dia ingin membuat Olimpiade Tokyo sukses dengan memastikan melakukan protokol kesehatan, dia "akan merasa lebih aman jika mereka yang ingin divaksinasi bisa mendapatkan vaksinasi."
Pelatihan khusus tempat untuk relawan akan berlangsung pada Juni, menjelang pembukaan Olimpiade pada 23 Juli.
Survei yang dilakukan Kyodo News pada awal bulan ini menunjukkan 39,2 persen responden berpendapat Olimpiade harus dibatalkan, sementara 32,8 persen mengatakan perhelatan akbar pertandingan olahraga tersebut harus dijadwalkan ulang.
Baca juga: Penyelenggara Olimpiade laporkan kasus COVID-19 pertama di kirab obor
Baca juga: Spanyol pastikan atlet Olimpiade disuntik vaksin COVID-19
Baca juga: Penyelenggara Olimpiade Tokyo tunda keputusan batasan jumlah penonton
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021
Tags: