Usai pertemuan selama kurang lebih satu jam dan berlangsung secara tertutup di Semarang, Kamis, tim peneliti tidak bersedia menyampaikan pernyataan kepada sejumlah awak media yang menunggu.
Sementara itu, Ganjar mengatakan sengaja mengundang tim peneliti Vaksin Nusantara untuk membahas perkembangan vaksin itu, sekaligus meminta laporan tertulis terkait pelaksanaan program penelitian.
"Saya hanya ingin menanyakan, sampai mana progresnya setelah kemarin berita ramai, terus kemudian dilanjutkan di RSPAD. Kemarin sempat ditunda, lalu saya tanya pergerakannya sampai mana, saya minta laporan tertulisnya," katanya.
Kepada tim Vaksin Nusantara yang diundangnya, Ganjar juga ingin mengetahui apa yang belum beres dan apa yang tidak beres, apakah dari sisi kelembagaan, regulasi, metode/metodologi, sampel, dan lainnya.
"Saya juga tanya hasil yang sudah pernah dicapai pada fase pertama, tapi belum bisa dijawab, mudah-mudahan pekan depan sudah ada laporannya," ujarnya.
Ditanya mengenai permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Vaksin Nusantara, Ganjar mengaku tidak tahu dan hanya mengikuti dari pemberitaan yang ada di media.
"Kalau masalahnya apa, ya saya tidak tahu. Apakah di izin, apakah di metode saya tidak tahu. Justru ketika saya nonton televisi lihat di berita prosesnya jalan lagi di RSPAD, lho berati tidak ada masalah, terus apa yang kemarin ramai-ramai," katanya.
Oleh karena itu, dirinya mengundang tim peneliti Vaksin Nusantara untuk mendapat laporan langsung sebab Jawa Tengah menjadi tempat pengembangan vaksin anti-COVID itu sehingga ia merasa berkepentingan untuk memperoleh laporan progresnya.
"Jadi saya harus tahu progresnya. Kalau tidak tahu nanti bagaimana saya menjelaskan. Selama ini kan saya belum pernah dapat laporannya, maka saya undang agar bisa mendapat report-nya biar tidak menjadi kontroversi dan jangan sampai ada nuansa politiknya yang justru mengemuka," ujarnya.
Sejumlah persoalan, lanjut Ganjar, harus segera diselesaikan, apalagi saat ini Indonesia sedang membutuhkan vaksin banyak dalam rangka menghadapi pandemi COVID-19.
"Kita kan lagi butuh vaksin banyak, maka dari potensi yang kita bisa seberapa sih. Belajar dari kasus India yang sekarang, kita kesulitan mendapatkan vaksin," katanya.
Seperti diwartakan, tim peneliti dari PT. Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, dan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro melakukan serangkaian tahap uji klinis fase dua vaksin anti-COVID-19 yang diberi nama Vaksin Nusantara di RSUP dr. Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah.