Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adityo Rizaldi menilai pemerintah dan TNI perlu pengerahan seluruh kemampuan deteksi bawah air untuk menemukan kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di Perairan Bali bagian Utara pada Rabu (20/4).
"Pengerahan seluruh kemampuan deteksi bawah air, harus dilakukan pemerintah dan TNI pada saat kritis ini," kata Bobby di Jakarta, Kamis.
Dia menilai saat ini perlu koordinasi untuk fokus pencarian dengan menggunakan sumber daya dalam negeri dan juga bantuan dari Australia, Singapura dan Malaysia yang direncanakan akan tiba pada Sabtu (24/4).
Baca juga: Anggota DPR: Perlu evaluasi alutsista pascakejadian KRI Nanggala-402
Menurut dia, TNI AL perlu memiliki alat utama sistem senjata (alutsista) kapal penyelamat bawah laut atau "submarine rescue vessel" dan "ocean going ship" yang diperuntukkan untuk antisipasi kejadian seperti yang dialami KRI Nanggala-402.
"TNI AL perlu memiliki alutsista 'submarine rescue vessel' dan 'ocean going ship' yang diperuntukkan untuk kejadian seperti ini. Karena Indonesia sudah punya 5 kapal selam meskipun yang aktif hanya separuh," ujarnya.
Baca juga: Komisi I: kejadian KRI Nanggala sinyal perlu peremajaan Alutsista
Politisi Partai Golkar itu juga meminta prosedur tetap (protap) pemeliharaan dan perawatan alutsista yang sudah berusia lebih dari 25 tahun perlu diaudit kembali kelayakan operasinya, seperti pesawat Hercules dan beberapa heli yang dimiliki Indonesia.
Sebelumnya, kapal selam KRI Nanggala-402 dikabarkan hilang kontak di Perairan Bali bagian utara, pada Rabu (21/04). Saat ini sudah ada 5 KRI dan satu helikopter yang melakukan operasi pencarian dengan kekuatan yang lebih dari 400 orang.
TNI menerima bantuan kapal penyelamat dari negara Singapura dan Malaysia dalam proses pencarian kapal selam KRI Nanggala-402.
Baca juga: DPR: TNI dan Bakamla koordinasi cari KRI Nanggala
Anggota DPR: Kerahkan kemampuan deteksi bawah air temukan KRI Nanggala
22 April 2021 14:42 WIB
Anggota Komisi I DPR Bobby Adityo Rizaldi (fraksigolkar.or.id)
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: