BI : "Blue print" EKSyar dukungan nyata terhadap ekonomi syariah
21 April 2021 12:14 WIB
Tangkapan layar - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dalam seminar virtual nasional Srikandi Ekonomi Syariah Bersinergi Mendukung Pemulihan Ekonomi di Jakarta, Rabu (21/4/2021). ANTARA/Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia/pri.
JAKARTA (ANTARA) - Bank Indonesia mengatakan blue print atau cetak biru sistem pembayaran ekonomi dan keuangan syariah (EKSyar) yang telah dikeluarkan sejak Juni 2017 merupakan bentuk nyata lembaga itu dalam upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
“Blue print ini bukti dari dukungan nyata Bank Indonesia dalam upaya pengembangan EKSyar nasional,” ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dalam seminar virtual nasional Srikandi Ekonomi Syariah Bersinergi Mendukung Pemulihan Ekonomi di Jakarta, Rabu.
Destry menyebutkan ada tiga pilar yang saling terkait untuk mendukung EKSyar. Pertama, pemberdayaan ekonomi syariah dengan mengembangkan ekosistem halal value chain yang akan memperkuat keterkaitan antar pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan lembaga pendidikan Islam.
“Pilar ini memperkuat lingkage seluruh pelaku UMKM serta lembaga pendidikan Islam seperti pesantren dari hulu ke hilir,” jelas Destry.
Kemudian pilar kedua adalah pendalaman pasar keuangan syariah dengan memaksimalkan pengembangan instrument dan infrastruktur keuangna syariah, mengembangkan basis investor dan regulasi hingga menjalin kerjasama domestik maupun internasional dalam pendalaman pasar keuangan syariah.
Sedangkan pilar ketiga adalah penguatan riset, asesmen dan edukasi dengan cara memaksimalkan penguatan riset dan asesmen EKSyar, meningkatkan kompetensi industri dan regulator serta peningkatan awareness masyarakat.
Lebih lanjut Destry mengatakan blue print menjadi referensi penyusunan rancangan utama ekonomi syariah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah terkemuka di dunia.
Di Indonesia, lanjut dia, pasar keuangan syariah terus berkembang tidak hanya melalui perbankan syariah tetapi juga melalui pasar modal bahkan fintech syariah. Bank Indonesia menilai, inklusifitas pada EKSyar menjadi nilai tambah serta mampu menjadi jembatan untuk mengurangi ketimpangan antara orang kaya dan miskin.
“Sebanyak 130 juta penduduk kita masih underbank dan unbank. Oleh karena itu inklusifitas menjadi sangat penting dan nilai plus dari EKSyar yang bersifat lebih inklusif. EKSyar juga memiliki fungsi sosial dengan adanya sektor zakat, infak, sedekah,dan wakaf (Ziswaf),” jelasnya.
Adapun berdasarkan laporan dari Refinitiv dan ICB, aset keuangan syariah global akan terus naik dari 2,88 triliun dolar AS pada 2019 menjadi 3,69 triliun dolar AS pada 2024.
Baca juga: BI terus dorong transformasi ekonomi dan keuangan syariah
Baca juga: BI keluarkan indeks literasi untuk akselerasi ekonomi syariah
“Blue print ini bukti dari dukungan nyata Bank Indonesia dalam upaya pengembangan EKSyar nasional,” ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dalam seminar virtual nasional Srikandi Ekonomi Syariah Bersinergi Mendukung Pemulihan Ekonomi di Jakarta, Rabu.
Destry menyebutkan ada tiga pilar yang saling terkait untuk mendukung EKSyar. Pertama, pemberdayaan ekonomi syariah dengan mengembangkan ekosistem halal value chain yang akan memperkuat keterkaitan antar pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan lembaga pendidikan Islam.
“Pilar ini memperkuat lingkage seluruh pelaku UMKM serta lembaga pendidikan Islam seperti pesantren dari hulu ke hilir,” jelas Destry.
Kemudian pilar kedua adalah pendalaman pasar keuangan syariah dengan memaksimalkan pengembangan instrument dan infrastruktur keuangna syariah, mengembangkan basis investor dan regulasi hingga menjalin kerjasama domestik maupun internasional dalam pendalaman pasar keuangan syariah.
Sedangkan pilar ketiga adalah penguatan riset, asesmen dan edukasi dengan cara memaksimalkan penguatan riset dan asesmen EKSyar, meningkatkan kompetensi industri dan regulator serta peningkatan awareness masyarakat.
Lebih lanjut Destry mengatakan blue print menjadi referensi penyusunan rancangan utama ekonomi syariah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah terkemuka di dunia.
Di Indonesia, lanjut dia, pasar keuangan syariah terus berkembang tidak hanya melalui perbankan syariah tetapi juga melalui pasar modal bahkan fintech syariah. Bank Indonesia menilai, inklusifitas pada EKSyar menjadi nilai tambah serta mampu menjadi jembatan untuk mengurangi ketimpangan antara orang kaya dan miskin.
“Sebanyak 130 juta penduduk kita masih underbank dan unbank. Oleh karena itu inklusifitas menjadi sangat penting dan nilai plus dari EKSyar yang bersifat lebih inklusif. EKSyar juga memiliki fungsi sosial dengan adanya sektor zakat, infak, sedekah,dan wakaf (Ziswaf),” jelasnya.
Adapun berdasarkan laporan dari Refinitiv dan ICB, aset keuangan syariah global akan terus naik dari 2,88 triliun dolar AS pada 2019 menjadi 3,69 triliun dolar AS pada 2024.
Baca juga: BI terus dorong transformasi ekonomi dan keuangan syariah
Baca juga: BI keluarkan indeks literasi untuk akselerasi ekonomi syariah
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: