Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo menyatakan bahwa memaksa mudik demi melepas kerinduan bersama keluarga pada masa pandemi COVID-19 dapat menimbulkan sesuatu yang tragis.

"Mohon bersabar jangan pulang kampung dulu. Kerinduan terhadap keluarga bisa menimbulkan hal yang tragis," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Pernyataan itu disampaikan Doni di sela Rapat Koordinasi Penanganan COVID-19 bersama Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi dan jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin kompleks Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumut, Medan, Selasa.

Baca juga: Doni Monardo: Jangan keberatan larangan mudik agar tidak menyesal

Baca juga: Doni Monardo ingatkan COVID-19 masih ada, masyarakat jangan lengah


Melalui rapat tersebut, Doni kembali menegaskan agar aturan pemerintah pusat terkait peniadaan mudik Idul Fitri tahun ini dapat dipatuhi masyarakat demi mencegah terjadinya penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Doni mengatakan upaya pemerintah pusat untuk melarang mudik tahun ini adalah untuk keselamatan bersama dan menjamin keselamatan rakyatnya.

Doni memahami bahwa kerinduan akan kampung halaman dan sanak saudara meliputi seluruh masyarakat, sehingga mendorong untuk melakukan silaturahim sekaligus merayakan hari Raya Idul Fitri.

"Bertemu keluarga melalui aktivitas mudik sangat berpotensi terjadinya penularan virus COVID-19. Apabila hal itu terjadi, dapat berakibat fatal dan berujung kematian, khususnya bagi penderita komorbid," katanya.

Doni menegaskan aktivitas mudik dan bertemu keluarga dapat ditiadakan dan kerinduan ditahan untuk sementara waktu.

“Kerinduan kepada orang tua agar ditahan. Kerinduan untuk bertemu sanak famili harus dicegah dulu. Karena kalau tidak, peristiwa seperti tahun yang lalu terulang kembali,” katanya.

Dalam momentum libur nasional pada tahun sebelumnya di Sumatera Utara, Data Satgas Penanganan COVID-19 menunjukkan bahwa angka kasus aktif naik secara signifikan pascaliburan.

Hal itu disebabkan adanya mobilitas penduduk yang berpeluang menjadi perantara, baik yang menularkan maupun tertular COVID-19.

Baca juga: Cegah COVID-19, anggota DPR ajak warga ganti mudik dengan temu virtual

Baca juga: Gubernur NTB tak larang warga mudik Lebaran


Akibatnya, tingkat ketersediaan tempat tidur rumah sakit mengalami peningkatan dan beberapa di antaranya bahkan penuh.

“Sumatera Utara tahun lalu, peningkatan kasus itu terjadi setelah Idul Fitri. Meningkatkan besar sekali. Sampai akhirnya puncaknya pada bulan September. Sehingga, rumah sakitnya pun penuh, angka kasusnya juga sangat tinggi,” ujarnya.

Doni menambahkan dibutuhkan kerelaan masyarakat untuk mengajak perantau agar tidak pulang ke kampung halaman, khususnya pada sejumlah daerah yang memiliki keterbatasan fasilitas pelayanan kesehatan.