Swiss-Jatim Kerja Sama Permudah Akses Investasi
9 Juli 2010 02:39 WIB
Presiden Konfederasi Swiss, Doris Leuthard (kiri) saling bertukar cenderamata dengan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo (kanan) di Hotel Majapahit, Surabaya, Kamis (8/7). Kunjungan Presiden Doris ke Jawa Timur merupakan agenda pamungkas dalam rangka investasi di Indonesia. (ANTARA/M Risyal Hidayat)
Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah Republik Konfederasi Swiss menjalin kerja sama dengan Provinsi Jawa Timur untuk mengembangkan beragam potensi usaha melalui kemudahan akses investasi.
"Potensi Jatim menarik minat pengusaha Swiss untuk berinvestasi di wilayah ini sangat besar," kata Duta Besar Luar Biasa untuk Republik Konfederasi Swiss merangkap Kerajaan Liechstentein, Djoko Susilo, dalam pertemuan "business to business" dan penandatanganan nota kesepahaman ("MoU") Arus Investasi Swiss-Jatim, di Surabaya, Kamis malam.
Menurut dia, penandatanganan kesepahaman "MoU" antarkedua negara ini merupakan terobosan yang bagus dan dapat memajukan dunia industri baik Jatim maupun Swiss.
"Dengan `MoU` ini, saya sebagai perwakilan Pemerintah Pusat di Swiss berkomitmen untuk mempermudah akses investasi perusahaan Swiss yang ingin masuk ke Jatim," ujarnya.
Ia mencontohkan, kemudahan akses investasi tersebut di antaranya memberikan informasi tentang Jatim secara luas dan tidak mempersulit pengurusan izin investasi para calon investor.
"Siapa pun pengusaha Swiss yang ingin berinvestasi di Jatim atau di daerah lain di negara ini dapat mengurusnya di kantor perwakilan Indonesia di Swiss. Mereka cukup datang ke kantor dan kami jamin tidak ada kendala apa pun," katanya.
Mengenai pemilihan Jatim sebagai tempat penanaman modal Swiss, ia mengaku, dipicu kondisi perekonomian Indonesia yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan negara lain pascakrisis ekonomi global.
Apalagi, selama ini pengusaha Swiss sering mengunjungi sejumlah negara untuk mengetahui potensi bisnis di sana.
"Angka pertumbuhan ekonomi nasional dianggap lebih positif atau mencapai 6,5 persen daripada kinerja negara lain. Alasan lain, dipengaruhi tingkat konsumsi masyarakat di Jatim yang tinggi. Kondisi ini menguntungkan bagi pengusaha Swiss karena produk apa pun yang mereka hasilkan diyakini cepat terserap pasar," katanya.
Terkait potensi ekspor komoditas Jatim ke Swiss, ia menyebutkan, seperti produk tekstil dan minyak atsiri, tetapi selama ini pengusaha asal Jatim merasa sulit berbahasa asing misalnya Inggris. Selain itu, mereka takut dengan biaya tinggi.
"Kami harap, pengusaha Jatim lebih berani saat memasarkan produknya di sana. Apalagi, sampai sekarang banyak agenda pameran di Swiss yang dapat diikuti," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya siap memfasilitasi segala kebutuhan dan mendukung pengusaha Jatim yang ingin mengembangkan jaringan pemasarannya ke Swiss.
"Kami yakin, dengan jalinan kerja sama ini dapat meningkatkan kinerja neraca perdagangan Jatim ke Swiss selama 2009 defisit senilai 200,5 juta dolar AS. Besaran tersebut dihitung dari pencapaian impor pada periode sama 371,5 juta dolar AS dan ekspor 171 juta dolar AS," katanya. (pso-071/K004)
"Potensi Jatim menarik minat pengusaha Swiss untuk berinvestasi di wilayah ini sangat besar," kata Duta Besar Luar Biasa untuk Republik Konfederasi Swiss merangkap Kerajaan Liechstentein, Djoko Susilo, dalam pertemuan "business to business" dan penandatanganan nota kesepahaman ("MoU") Arus Investasi Swiss-Jatim, di Surabaya, Kamis malam.
Menurut dia, penandatanganan kesepahaman "MoU" antarkedua negara ini merupakan terobosan yang bagus dan dapat memajukan dunia industri baik Jatim maupun Swiss.
"Dengan `MoU` ini, saya sebagai perwakilan Pemerintah Pusat di Swiss berkomitmen untuk mempermudah akses investasi perusahaan Swiss yang ingin masuk ke Jatim," ujarnya.
Ia mencontohkan, kemudahan akses investasi tersebut di antaranya memberikan informasi tentang Jatim secara luas dan tidak mempersulit pengurusan izin investasi para calon investor.
"Siapa pun pengusaha Swiss yang ingin berinvestasi di Jatim atau di daerah lain di negara ini dapat mengurusnya di kantor perwakilan Indonesia di Swiss. Mereka cukup datang ke kantor dan kami jamin tidak ada kendala apa pun," katanya.
Mengenai pemilihan Jatim sebagai tempat penanaman modal Swiss, ia mengaku, dipicu kondisi perekonomian Indonesia yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan negara lain pascakrisis ekonomi global.
Apalagi, selama ini pengusaha Swiss sering mengunjungi sejumlah negara untuk mengetahui potensi bisnis di sana.
"Angka pertumbuhan ekonomi nasional dianggap lebih positif atau mencapai 6,5 persen daripada kinerja negara lain. Alasan lain, dipengaruhi tingkat konsumsi masyarakat di Jatim yang tinggi. Kondisi ini menguntungkan bagi pengusaha Swiss karena produk apa pun yang mereka hasilkan diyakini cepat terserap pasar," katanya.
Terkait potensi ekspor komoditas Jatim ke Swiss, ia menyebutkan, seperti produk tekstil dan minyak atsiri, tetapi selama ini pengusaha asal Jatim merasa sulit berbahasa asing misalnya Inggris. Selain itu, mereka takut dengan biaya tinggi.
"Kami harap, pengusaha Jatim lebih berani saat memasarkan produknya di sana. Apalagi, sampai sekarang banyak agenda pameran di Swiss yang dapat diikuti," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya siap memfasilitasi segala kebutuhan dan mendukung pengusaha Jatim yang ingin mengembangkan jaringan pemasarannya ke Swiss.
"Kami yakin, dengan jalinan kerja sama ini dapat meningkatkan kinerja neraca perdagangan Jatim ke Swiss selama 2009 defisit senilai 200,5 juta dolar AS. Besaran tersebut dihitung dari pencapaian impor pada periode sama 371,5 juta dolar AS dan ekspor 171 juta dolar AS," katanya. (pso-071/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: