Kepri minta bantuan kedutaan dan pemerintah pusat soal kepulangan PMI
19 April 2021 14:52 WIB
Gubernur Kepri saat Video Conference Rapat Koordinasi Terkait Pemulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Di Ruang Rapat Utama Lantai 4 Kantor Gubernur Kepulauan Riau, Senin (19/4/2021). (Humas Pemprov Kepri)
Tanjungpinang (ANTARA) - Pemprov Kepri meminta bantuan pihak Kedubes RI di Malaysia dan Pemerintah Pusat soal kepulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) melalui pintu pelabuhan di daerah tersebut.
Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengharapkan Kedubes RI agar mengimbau PMI untuk tidak melakukan perjalanan mudik lebaran Idul Fitri pada tanggal 6-17 Mei 2021. Kemudian, dukungan Kedubes RI dalam memastikan PMI yang akan pulang sudah mendapatkan tes usap PCR dengan hasil negatif.
"Dukungan pembiayaan penanganan kepulangan PMI untuk makan minum, akomodasi dan transportasi," kata Ansar saat Video Conference Rapat Koordinasi Terkait Pemulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Di Ruang Rapat Utama Lantai 4 Kantor Gubernur Kepulauan Riau, Senin.
Selain itu, Ansar juga minta Pemerintah Pusat untuk membuka pintu alternatif kepulangan PMI selain Kepri, misalnya melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan, Provinsi Sumut, Pelabuhan Dumai dan Pelabuhan Bengkalis, Provinsi Riau.
Baca juga: Menaker minta pekerja migran Indonesia tunda mudik Lebaran 2021
Baca juga: BP2MI antisipasi pemulangan Pekerja Migran Indonesia jelang Idul Fitri
Selanjutnya, memastikan PMI dapat diterima oleh Pemerintah Daerah yang menjadi wilayah tujuan lanjutan dan wilayah tujuan akhir.
"Kita tidak ingin pemulangan PMI menumpuk di Kepri, karena selama pandemi ini sudah 74 ribu lebih orang yang dipulangkan. Ini bisa merusak citra sebagai daerah pariwisata dan investasi," tutur Ansar.
Ansar menjelaskan permintaan dukungan itu bukan tanpa alasan, karena Pemprov Kepri tengah menghadapi berbagai permasalahan mengenai kepulangan PMI ini, di antaranya masih terdapat PMI yang kembali ke tanah air membawa hasil tes COVID-19 negatif, kemudian diperiksa ulang di BTKL mendapat pemeriksaan tes usap PCR dengan hasil positif.
Selain itu, belum jelasnya dukungan pembiayaan penanganan kepulangan PMI mandiri/kalibrasi untuk makan dan minum, akomodasi, serta transportasi dari Pemerintah Pusat.
Permasalahan lainnya, yaitu kebijakan Pemerintah Pusat terkait pelarangan mudik pada tanggal 6-17 Mei 2021, kata dia, berpotensi mengakibatkan meningkatnya kepulangan PMI mandiri/kalibrasi pada hari-hari sebelum tanggal larangan mudik.
"Hal ini akan mempengaruhi ketersediaan moda transportasi umum dari Kepri menuju wilayah tujuan lanjutan dan wilayah tujuan akhir PMI pada tanggal larangan mudik. Kemudian, adanya penolakan oleh Pemerintah Daerah yang menjadi wilayah tujuan lanjutan dan wilayah tujuan akhir PMI," ungkap Gubernur.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Hermono menyampaikan sejak November 2020 dan akan dilanjutkan hingga Juni 2021 Pemerintah Malaysia sedang melakukan kebijakan rekalibrasi, yaitu kebijakan yang memberikan kemudahan bagi pekerja-pekerja migran yang tidak berdokumen untuk kembali ke negara masing-masing dengan membayar denda jauh lebih ringan.
Dengan adanya kebijakan setelah berakhirnya program rekalibrasi Pemerintah Malaysia akan melakukan penindakan, ditambah dengan kondisi ekonomi mereka di Malaysia yang cukup berat maka banyak PMI yang ingin pulang.
"Biasanya mereka pulang dengan kapal yang berkapasitas sekitar 148 orang dengan jadwal empat sampai lima kali sepekan dengan ketentuan setiap penumpang memiliki hasil negatif tes usap PCR sebelum keberangkatan," ungkapnya.
Kepala BNPB sekaligus Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan banyak PMI yang pulang dengan membawa dokumen tes usap negatif.
"Tetapi ternyata banyak yang belum dites usap. Banyak sekali yang setelah dites di sini hasilnya positif. Di sini kita melihat ada indikasi mereka membawa hasil tes abal-abal,” ungkap Doni.
Menko PMK Muhadjir Effendy mendukung pembukaan pintu masuk alternatif selain di Kepri. Juga usulan memperbanyak armada TNI AL untuk mengangkut kepulangan PMI ke daerah asalnya masing-masing.
"Saya juga minta KJRI untuk menerjunkan personelnya agar dapat betul-betul mengawasi hasil negatif tes usap PMI yang akan pulang. Untuk dukungan logistik silakan Pemprov Kepri mengajukan usulan anggaran,” kata Muhadjhir.
Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan turut menyampaikan identifikasi masalah sudah jelas dan solusi telah didapatkan dalam forum rapat tersebut.
Menurutnya, keadaan di PMI di negeri jiran tersebut sangat sulit sehingga mereka harus pulang. Setelah masuk ke Kepri dites usap dan dikarantina merupakan langkah sudah benar.
"Untuk dukungan logistik dapat berkoordinasi dengan Kemenko PMK, hingga bagaimana Pemda tidak ketiban pulung,” tutur Luhut mengakhiri rapat koordinasi tersebut.*
Baca juga: 219 pekerja migran Indonesia pulang dari Hong Kong
Baca juga: Pemerintah pantau WNI yang akan mudik dari luar negeri
Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengharapkan Kedubes RI agar mengimbau PMI untuk tidak melakukan perjalanan mudik lebaran Idul Fitri pada tanggal 6-17 Mei 2021. Kemudian, dukungan Kedubes RI dalam memastikan PMI yang akan pulang sudah mendapatkan tes usap PCR dengan hasil negatif.
"Dukungan pembiayaan penanganan kepulangan PMI untuk makan minum, akomodasi dan transportasi," kata Ansar saat Video Conference Rapat Koordinasi Terkait Pemulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Di Ruang Rapat Utama Lantai 4 Kantor Gubernur Kepulauan Riau, Senin.
Selain itu, Ansar juga minta Pemerintah Pusat untuk membuka pintu alternatif kepulangan PMI selain Kepri, misalnya melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan, Provinsi Sumut, Pelabuhan Dumai dan Pelabuhan Bengkalis, Provinsi Riau.
Baca juga: Menaker minta pekerja migran Indonesia tunda mudik Lebaran 2021
Baca juga: BP2MI antisipasi pemulangan Pekerja Migran Indonesia jelang Idul Fitri
Selanjutnya, memastikan PMI dapat diterima oleh Pemerintah Daerah yang menjadi wilayah tujuan lanjutan dan wilayah tujuan akhir.
"Kita tidak ingin pemulangan PMI menumpuk di Kepri, karena selama pandemi ini sudah 74 ribu lebih orang yang dipulangkan. Ini bisa merusak citra sebagai daerah pariwisata dan investasi," tutur Ansar.
Ansar menjelaskan permintaan dukungan itu bukan tanpa alasan, karena Pemprov Kepri tengah menghadapi berbagai permasalahan mengenai kepulangan PMI ini, di antaranya masih terdapat PMI yang kembali ke tanah air membawa hasil tes COVID-19 negatif, kemudian diperiksa ulang di BTKL mendapat pemeriksaan tes usap PCR dengan hasil positif.
Selain itu, belum jelasnya dukungan pembiayaan penanganan kepulangan PMI mandiri/kalibrasi untuk makan dan minum, akomodasi, serta transportasi dari Pemerintah Pusat.
Permasalahan lainnya, yaitu kebijakan Pemerintah Pusat terkait pelarangan mudik pada tanggal 6-17 Mei 2021, kata dia, berpotensi mengakibatkan meningkatnya kepulangan PMI mandiri/kalibrasi pada hari-hari sebelum tanggal larangan mudik.
"Hal ini akan mempengaruhi ketersediaan moda transportasi umum dari Kepri menuju wilayah tujuan lanjutan dan wilayah tujuan akhir PMI pada tanggal larangan mudik. Kemudian, adanya penolakan oleh Pemerintah Daerah yang menjadi wilayah tujuan lanjutan dan wilayah tujuan akhir PMI," ungkap Gubernur.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Hermono menyampaikan sejak November 2020 dan akan dilanjutkan hingga Juni 2021 Pemerintah Malaysia sedang melakukan kebijakan rekalibrasi, yaitu kebijakan yang memberikan kemudahan bagi pekerja-pekerja migran yang tidak berdokumen untuk kembali ke negara masing-masing dengan membayar denda jauh lebih ringan.
Dengan adanya kebijakan setelah berakhirnya program rekalibrasi Pemerintah Malaysia akan melakukan penindakan, ditambah dengan kondisi ekonomi mereka di Malaysia yang cukup berat maka banyak PMI yang ingin pulang.
"Biasanya mereka pulang dengan kapal yang berkapasitas sekitar 148 orang dengan jadwal empat sampai lima kali sepekan dengan ketentuan setiap penumpang memiliki hasil negatif tes usap PCR sebelum keberangkatan," ungkapnya.
Kepala BNPB sekaligus Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan banyak PMI yang pulang dengan membawa dokumen tes usap negatif.
"Tetapi ternyata banyak yang belum dites usap. Banyak sekali yang setelah dites di sini hasilnya positif. Di sini kita melihat ada indikasi mereka membawa hasil tes abal-abal,” ungkap Doni.
Menko PMK Muhadjir Effendy mendukung pembukaan pintu masuk alternatif selain di Kepri. Juga usulan memperbanyak armada TNI AL untuk mengangkut kepulangan PMI ke daerah asalnya masing-masing.
"Saya juga minta KJRI untuk menerjunkan personelnya agar dapat betul-betul mengawasi hasil negatif tes usap PMI yang akan pulang. Untuk dukungan logistik silakan Pemprov Kepri mengajukan usulan anggaran,” kata Muhadjhir.
Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan turut menyampaikan identifikasi masalah sudah jelas dan solusi telah didapatkan dalam forum rapat tersebut.
Menurutnya, keadaan di PMI di negeri jiran tersebut sangat sulit sehingga mereka harus pulang. Setelah masuk ke Kepri dites usap dan dikarantina merupakan langkah sudah benar.
"Untuk dukungan logistik dapat berkoordinasi dengan Kemenko PMK, hingga bagaimana Pemda tidak ketiban pulung,” tutur Luhut mengakhiri rapat koordinasi tersebut.*
Baca juga: 219 pekerja migran Indonesia pulang dari Hong Kong
Baca juga: Pemerintah pantau WNI yang akan mudik dari luar negeri
Pewarta: Ogen
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: