Jambi (ANTARA) - Begitu banyak rahmat dan keberkahan yang dapat dituai pada bulan suci Ramadhan, salah satunya melalui pohon aren. Hampir seluruh bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Dalam laman wikipedia enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk dan beberapa nama lainnya. Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.

Beberapa daerah di Indonesia mengenal pohon aren dengan nama yang berbeda. Di Aceh pohon aren dikenal dengan nama bak juk, di Bali dikenal dengan nama Hano, di Kalimantan disebut enau, di Maluku dikenal sebagai segeru. Masih banyak terdapat nama-nama lainnya dari pohon aren yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia.

Di Kabupaten Batanghari, Jambi, terdapat desa-desa sentra produksi aren, dengan warga yang memanfaatkan bagian-bagian dari pohon aren untuk menghasilkan rupiah.

Di Kabupaten Batanghari, tepatnya di Desa Malapari terdapat kelompok masyarakat yang memproduksi bagian-bagian dari pohon aren sebagai penghasilan utama. Mulai dari buah aren, air nira yang dihasilkan pohon aren, hingga pelepah pohon aren yang telah mengering turut dimanfaatkan oleh masyarakat desa setempat.
Baca juga: Jaminan Ramadhan berkah di tengah COVID-19 dengan stok pangan melimpah

Turun-temurun

Suhendro, petani aren di Desa Malapari mengatakan, dirinya bersama keluarga secara turun temurun telah memproduksi gula aren. Sejak tahun 1970 gula aren telah di produksi oleh masyarakat desa setempat.

Namun, produksi utama yang dilakukan oleh warga desa setempat yakni gula aren yang di proses dari air nira yang disadap di pohon aren.

Di bulan Ramadhan, permintaan gula aren alami peningkatan karena gula aren tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuat berbagai macam olahan makanan, mulai dari menu berbuka puasa, kue lebaran hingga menu-menu makanan lainnya.

Gula aren menjadi primadona bahan makanan karena gula aren terbuat dari bahan alami. Selain itu, gula aren memiliki cita rasa yang lebih nikmat dibandingkan dengan gula merah biasa.

Dikatakan Suhendra, selama Ramadhan permintaan gula aren meningkat dua kali lipat. Tidak hanya permintaan dari toko-toko manisan, namun permintaan di swalayan-swalayan turut alami peningkatan.

Suhendro memproduksi gula aren bersama istrinya. Suhendro bertugas menyadap air nira dari pohon aren dan istrinya yang memproses air nira menjadi gula aren.

Gula aren tersebut diproduksi Suhendro secara rumahan, di mana produksi gula aren tersebut masih dilakukan secara tradisional menggunakan tungku api dan cetakan dari kayu.

Gula aren dijual per tangkup (kemasan gula aren dibungkus daun pisang kering yang di dalamnya terdapat dua keping gula aren). Setangkup gula aren di jual seharga Rp3.000. Berat setangkup gula aren tersebut berkisar tiga sampai empat ons.

Dan dalam satu galon terdapat sekitar 38 liter air nira. Dari 38 liter air nira tersebut dapat menghasilkan 60 tangkup gula aren. Dalam satu hari Suhendro melakukan penyadapan sebanyak dua kali, yakni pada pagi dan sore hari.
Baca juga: Pemerintah pastikan pasokan pangan mencukupi pada Ramadhan-Idul Fitri

Kolang-kaling

Tidak hanya gula aren, namun yang sangat populer di Bulan Ramadhan ini yakni buah aren yang diproduksi menjadi bahan makanan yang biasa di sebut masyarakat di daerah itu dengan nama "beluluk" atau biasa dikenal dengan nama kolang-kaling.

Beluluk menjadi menu berbuka puasa yang cukup populer, karena cita rasa yang nikmat dan dapat diolah menjadi berbagai menu makanan. Seperti campuran es buah hingga menjadi manisan.

Suparto, warga Kecamatan Muara Bulian mengatakan, setiap bulan Ramadhan Ia selalu memproduksi buah aren atau beluluk. Karena hanya di bulan Ramadhan permintaan beluluk tersebut meningkat drastis.

Buah aren tersebut tidak serta merta dapat di konsumsi, namun harus melalui beberapa tahapan produksi agar aman dikonsumsi. Sebab jika tidak di olah dengan baik dan benar, buah aren tersebut bisa menjadi gatal jika dikonsumsi.

Dijelaskan Suparto, buah aren yang telah di ambil dari pohonnya di pisahkan dari ranting buah. Selanjutnya buah aren di rendam dan direbus. Setelah di rebus buah aren didinginkan terlebih dahulu, setelahnya baru dikupas dari kulit buah dan direndam ke dalam air bersih.

Di pasaran satu kilogram beluluk dihargai Rp15 ribu. Namun jika mengambil dalam jumlah yang banyak bisa dijual Rp12 ribu per kilogram.

Gula aren tidak hanya bermanfaat sebagai bahan makanan, namun dari segi kesehatan gula aren memiliki berbagai manfaat yang baik bagi tubuh.

Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Batanghari dr Elvie Yennie mengatakan gula aren mengandung antioksidan yang bermanfaat untuk menjaga kekebalan tubuh, dengan membantu mencegah peradangan dan infeksi yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.

Selain itu gula aren juga memiliki manfaat untuk meningkatkan energi dengan cepat yang dapat mengatasi rasa lelah karena kekurangan energi. Sehingga sangat bermanfaat bagi yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Jika dibandingkan dengan gula merah biasa, gula aren jauh lebih sehat karena gula aren di produksi dari bahan yang alami. Dan gula aren jauh lebih sehat jika dibandingkan dengan gula pasir karena kandungan kalori pada gula aren lebih sedikit.
Baca juga: Usaha kue rumahan raup untung puluhan juta rupiah saat Ramadhan

Sentra produksi

Pemerintah Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi menetapkan tiga desa di daerah itu sebagai pilot project atau desa percontohan sentra produksi aren, yakni Desa Malapari, Napal Sisik dan Desa Rambahan.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Batanghari Jumri mengatakan dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Daerah telah mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan bibit pohon aren kepada warga di tiga desa tersebut.

Pada tahun 2019 telah disalurkan 18 ribu bibit pohon aren dan tahun 2020 lalu sebanyak 15 ribu bibit pohon aren telah di salurkan kepada masyarakat. Bibit pohon aren tersebut diberikan secara gratis kepada masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Batanghari ingin menjadikan aren sebagai salah satu komoditi andalan di daerah itu. Sebab sebelum Kabupaten Batanghari dimekarkan pada tahun 1999, aren merupakan salah satu hasil perkebunan unggulan di daerah itu. Namun seiring berjalan-nya waktu produksi dari perkebunan aren makin dilupakan.

Jumri berharap ke depan hasil produksi perkebunan aren dapat menjadi pilihan atau alternatif ketika hasil perkebunan kelapa sawit dan karet anjlok.

Dengan demikian, maka aren benar-benar menjadi berkah berkelanjutan yang terus dapat dimanfaatkan oleh beragam kalangan warga baik pada Ramadhan ini maupun pada bulan-bulan berikutnya.

Baca juga: Hemat uang belanja menjelang Ramadhan, PMT solusinya
Baca juga: Sambut Ramadhan, ACT ajak masyarakat bersedekah pangan