Dinkes DKI sebut ada keterlenaan terhadap tes rapid antigen
16 April 2021 20:55 WIB
Petugas medis dari unsur Polri dan TNI melakukan tes cepat antigen kepada sejumlah korban banjir yang sedang mengungsi di Aula Universitas Borobudur, Jakarta Timur, Jumat (19/2/2021). Peserta tes cepat berasal dari 60 warga RW04 Cipinang Melayu yang terdampak banjir luapan Kali Sunter dan hujan deras. ANTARA/Andi Firdaus.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyebut ada keterlenaan masyarakat terhadap tes rapid antigen, di mana ketika menunjukkan hasil negatif mereka merasa tenang akhirnya lupa menjaga protokol kesehatan.
"Kami khawatir warga kita begitu tes rapid dan negatif terus mereka merasa tenang, merasa sehat, akhirnya lupa menjaga prokes. Seharusnya kan jangan terlena, karena pemeriksaan antigen itu harus dilakukan pemeriksaan ulang melalui PCR," kata Widyastusi dalam diskusi virtual, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Wagub DKI: Pandemi tak akan habis jika selalu siasati aturan
Dengan terlena pada hasil tes anti gen seperti itu, lanjut Widyastuti, masyarakat juga menjadi terlena untuk pergi ke luar rumah dengan intensitas mobilitas seperti keadaan normal, efeknya kasus positif COVID-19 di Jakarta juga merangkak naik seperti yang terlihat dalam dua pekan ini.
"Ini sebenarnya kita khawatirkan. Dari data saat ini kasus aktif kita sekitar 6.988 kasus ini turun drastis dari keadaan kita pada episode sebelumnya yang bisa sampai 25 ribu. Tapi di pekan-pekan terakhir, dua minggu terakhir, mulai ada peningkatan. Harian kita sudah mulai meningkat 200, 200 kami sungguh khawatir karena dari data, ini bergerak terus," ujar Widyastuti.
Peningkatan kasus ini juga, kata Widyastuti, dikarenakan kapasitas testing COVID-19 di DKI Jakarta yang dikatakannya lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya di mana dalam sepekan, ada 68 ribu lebih spesimen yang diuji.
Baca juga: Vaksinasi lansia di Jakarta Utara tetap berlangsung selama Ramadan
Angka ini, kata Widyastuti, di atas angka minimal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak enam kali lipat (untuk dihitung berdasar kondisi Jakarta), namun justru lebih rendah dari standar DKI yang biasanya 90 ribu tes.
"Dengan tes, lalu mobilitas masyarakat yang tinggi menurut data FKM UI, saya khawatir ini tidak segera berhenti, contohnya gini saya asalnya beberapa waktu (setelah landai) jarang dengar sirene ambulans di kantor sekarang itu sudah mulai lagi, lalu banyak yang menghubungi kami meminta bantuan rujukan COVID-19 itu salah satu indikasi mulai meningkatnya kasus ini," ucap Widyastuti menambahkan.
Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 di DKI Jakarta bertambah sebanyak 889
Berdasarkan laman corona.jakarta.go.id, perkembangan kasus positif COVID-19 di Jakarta cenderung fluktuatif. Penambahan kasus harian COVID-19 sempat mencapai angka tertinggi sebanyak 4.213 pada 7 Februari 2021.
Berikut rincian data penambahan kasus COVID-19 dalam sepekan terakhir: 16 April 979, 15 April 1.330, 14 April 661, 13 April 828, 12 April 692, 11 April 1.031, 10 April 977, dan 9 April 1.013.
"Kami khawatir warga kita begitu tes rapid dan negatif terus mereka merasa tenang, merasa sehat, akhirnya lupa menjaga prokes. Seharusnya kan jangan terlena, karena pemeriksaan antigen itu harus dilakukan pemeriksaan ulang melalui PCR," kata Widyastusi dalam diskusi virtual, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Wagub DKI: Pandemi tak akan habis jika selalu siasati aturan
Dengan terlena pada hasil tes anti gen seperti itu, lanjut Widyastuti, masyarakat juga menjadi terlena untuk pergi ke luar rumah dengan intensitas mobilitas seperti keadaan normal, efeknya kasus positif COVID-19 di Jakarta juga merangkak naik seperti yang terlihat dalam dua pekan ini.
"Ini sebenarnya kita khawatirkan. Dari data saat ini kasus aktif kita sekitar 6.988 kasus ini turun drastis dari keadaan kita pada episode sebelumnya yang bisa sampai 25 ribu. Tapi di pekan-pekan terakhir, dua minggu terakhir, mulai ada peningkatan. Harian kita sudah mulai meningkat 200, 200 kami sungguh khawatir karena dari data, ini bergerak terus," ujar Widyastuti.
Peningkatan kasus ini juga, kata Widyastuti, dikarenakan kapasitas testing COVID-19 di DKI Jakarta yang dikatakannya lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya di mana dalam sepekan, ada 68 ribu lebih spesimen yang diuji.
Baca juga: Vaksinasi lansia di Jakarta Utara tetap berlangsung selama Ramadan
Angka ini, kata Widyastuti, di atas angka minimal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak enam kali lipat (untuk dihitung berdasar kondisi Jakarta), namun justru lebih rendah dari standar DKI yang biasanya 90 ribu tes.
"Dengan tes, lalu mobilitas masyarakat yang tinggi menurut data FKM UI, saya khawatir ini tidak segera berhenti, contohnya gini saya asalnya beberapa waktu (setelah landai) jarang dengar sirene ambulans di kantor sekarang itu sudah mulai lagi, lalu banyak yang menghubungi kami meminta bantuan rujukan COVID-19 itu salah satu indikasi mulai meningkatnya kasus ini," ucap Widyastuti menambahkan.
Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 di DKI Jakarta bertambah sebanyak 889
Berdasarkan laman corona.jakarta.go.id, perkembangan kasus positif COVID-19 di Jakarta cenderung fluktuatif. Penambahan kasus harian COVID-19 sempat mencapai angka tertinggi sebanyak 4.213 pada 7 Februari 2021.
Berikut rincian data penambahan kasus COVID-19 dalam sepekan terakhir: 16 April 979, 15 April 1.330, 14 April 661, 13 April 828, 12 April 692, 11 April 1.031, 10 April 977, dan 9 April 1.013.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021
Tags: