Pamekasan kembangkan eduwisata garam
16 April 2021 19:29 WIB
Sarana susur sungai hutan mangrove, salah satu fasilitas di eduwisata garam di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Madura, Jawa Timur. ANTARA/Saiful Bahri/aa.
Pamekasan (ANTARA) - Pemerintahan Desa Bunder yang berada di daerah pesisir pantai Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, mengembangkan eduwisata garam sebagai upaya menghidupkan perekonomian masyarakat petambak garam di wilayah itu.
Menurut Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, desa yang mengembang eduwisata garam itu adalah Desa Bunder di Kecamatan Pademawu, Pamekasan.
"Desa Bunder ini merupakan satu dari 22 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Pademawu dan desa ini mengembangkan eduwisata garam, karena potensi desa itu memang produksi garam," kata Baddrut Tamam, Jumat.
Baca juga: Produk garam berkualitas Bali didorong untuk pasar lokal
Desa dengan jumlah penduduk sebanyak 2.766 orang yang terdiri dari 1.311 laki-laki dan 1.455 perempuan ini memiliki luas areal lahan 402,77 hektare dengan luas areal tambak garam mencapai 202,26 hektare.
Selain karena potensi desa itu produksi garam, juga karena desa ini pernah berhasil meraih juara dalam ajang kompetisi inovasi desa pada 2019.
"Berbekal kemampuan itulah, aparat di desa itu lalu menetapkan prioritas pengembangan desanya pada bidang produksi dan budi daya garam," kata Bupati.
Baca juga: Petambak garam minta pemerintah kaji ulang kebijakan impor garam
Menurut Kepala Desa Bunder Iswan Yanti, pengelolaan eduwisata garam di desanya itu dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mutiara Saghere.
"Jadi, selain sebagai destinasi wisata, eduwisata garam yang kami kembangkan ini juga akan berfungsi menjadi sarana edukasi kepada masyarakat tentang proses pengolahan dan pemanfaatan garam," kata kepala desa perempuan itu.
Ia menuturkanmpada 4 April 2021, eduwisata garam itu telah diluncurkan dan masyarakat sekitar sudah bisa menikmati berbagai jenis fasilitas yang ada di sana.
Di lokasi eduwisata garam ini, pengunjung disuguhkan tentang teknik dan cara memproduksi garam, serta berbagai sarana menarik lainnya untuk melakukan swafoto bersama keluarga.
Pengunjung juga diperkenalkan dengan pengembangan hutan mangrove dengan perahu kecil yang disediakan oleh pihak pengelola.
Masyarakat juga bisa mengetahui secara langsung produksi garam, dari etalase produksi garam yang disediakan oleh pengelola di lokasi ini.
"Dan melalui eduwisata garam ini, kami berharap akan ada nilai tambah dari pendapatan asli desa yang akan kita terima nanti," kata Direktur DUMDes Mutiara Saghere Taufiq Hidayat.
Ia menuturkan pendapatan asli Desa (PADes) Bunder pada 2020 sebesar Rp32,3 juta dengan perincian, Rp31 juta dari sewa tanah kas desa dan Rp1,3 juta dari penjualan garam yang dikelola warga di desa itu.
"Kami yakin dengan dibangunnya eduwisata garam ini, PADes kami nantinya bisa meningkat, mengingat keberadaan eduwisata ini bisa dipastikan akan memiliki dampak sistemik pada sektor usaha lainnya, seperti perdagangan oleh para pelaku usaha mikro yang ada di desa ini," katanya.
Menurut Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, desa yang mengembang eduwisata garam itu adalah Desa Bunder di Kecamatan Pademawu, Pamekasan.
"Desa Bunder ini merupakan satu dari 22 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Pademawu dan desa ini mengembangkan eduwisata garam, karena potensi desa itu memang produksi garam," kata Baddrut Tamam, Jumat.
Baca juga: Produk garam berkualitas Bali didorong untuk pasar lokal
Desa dengan jumlah penduduk sebanyak 2.766 orang yang terdiri dari 1.311 laki-laki dan 1.455 perempuan ini memiliki luas areal lahan 402,77 hektare dengan luas areal tambak garam mencapai 202,26 hektare.
Selain karena potensi desa itu produksi garam, juga karena desa ini pernah berhasil meraih juara dalam ajang kompetisi inovasi desa pada 2019.
"Berbekal kemampuan itulah, aparat di desa itu lalu menetapkan prioritas pengembangan desanya pada bidang produksi dan budi daya garam," kata Bupati.
Baca juga: Petambak garam minta pemerintah kaji ulang kebijakan impor garam
Menurut Kepala Desa Bunder Iswan Yanti, pengelolaan eduwisata garam di desanya itu dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mutiara Saghere.
"Jadi, selain sebagai destinasi wisata, eduwisata garam yang kami kembangkan ini juga akan berfungsi menjadi sarana edukasi kepada masyarakat tentang proses pengolahan dan pemanfaatan garam," kata kepala desa perempuan itu.
Ia menuturkanmpada 4 April 2021, eduwisata garam itu telah diluncurkan dan masyarakat sekitar sudah bisa menikmati berbagai jenis fasilitas yang ada di sana.
Di lokasi eduwisata garam ini, pengunjung disuguhkan tentang teknik dan cara memproduksi garam, serta berbagai sarana menarik lainnya untuk melakukan swafoto bersama keluarga.
Pengunjung juga diperkenalkan dengan pengembangan hutan mangrove dengan perahu kecil yang disediakan oleh pihak pengelola.
Masyarakat juga bisa mengetahui secara langsung produksi garam, dari etalase produksi garam yang disediakan oleh pengelola di lokasi ini.
"Dan melalui eduwisata garam ini, kami berharap akan ada nilai tambah dari pendapatan asli desa yang akan kita terima nanti," kata Direktur DUMDes Mutiara Saghere Taufiq Hidayat.
Ia menuturkan pendapatan asli Desa (PADes) Bunder pada 2020 sebesar Rp32,3 juta dengan perincian, Rp31 juta dari sewa tanah kas desa dan Rp1,3 juta dari penjualan garam yang dikelola warga di desa itu.
"Kami yakin dengan dibangunnya eduwisata garam ini, PADes kami nantinya bisa meningkat, mengingat keberadaan eduwisata ini bisa dipastikan akan memiliki dampak sistemik pada sektor usaha lainnya, seperti perdagangan oleh para pelaku usaha mikro yang ada di desa ini," katanya.
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: