Riset: Marinir muda AS berisiko COVID 5 kali lipat dibanding penyintas
16 April 2021 10:47 WIB
Presiden AS Joe Biden, bersama Wakil Presiden Kamala Harris, memberikan pernyataan setelah rapat dengan Tim Tanggap COVID-19 mengenai pandemi virus corona (COVID-19) dan status vaksinasi, di Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Senin (29/3/2021). REUTERS/Jonathan Ernst/WSJ/djo (REUTERS/JONATHAN ERNST)
Washington (ANTARA) - Riset terhadap 3.000 lebih Marinir muda Amerika Serikat menemukan bahwa mereka yang tidak memilik riwayat COVID-19 berisiko terinfeksi lima kali lipat dari mereka yang sebelumnya pernah terinfeksi, menurut temuan-temuan yang dipublikasi jurnal Lancet Respiratory Medicine.
Riset itu juga menjumpai bahwa sekitar 10 persen dari marinir muda penyintas COVID-19 mengalami infeksi berulang.
"Akan tetapi, infeksi di masa lalu tidak menjamin kekebalan, vaksinasi tetaplah penting", tulis the Lancet di Twitter.
"Di antara 189 partisipan yang teruji positif, 19 (10 persen) memiliki sedikitnya satu tes PCR positif untuk SARS-CoV-2 selama tindak lanjut enam pekan (11 kasus per orang-tahun)," menurut riset tersebut.
Baca juga: Fauci: AS mungkin tidak butuhkan vaksin COVID AstraZeneca
Baca juga: AS sudah suntikkan 165 juta dosis vaksin COVID-19
Marinir penyintas yang kembali terinfeksi memiliki tingkat antibodi yang lebih rendah dan antibodi penawarnya lebih sedikit, dibanding marinir penyintas yang tidak terinfeksi lagi, lanjutnya.
"Meski antibodi yang dihasilkan oleh infeksi pertama sebagian besar melindungi, antibodi itu tidak menjamin aktivitas netralisasi SARS-CoV-2 atau menjamin kekebalan melawan infeksi berikutnya," tulis riset tersebut.
"Analisa ini dilakukan sebagai bagian dari riset prospektif COVID-19 Health Action Response for Marines (CHARM). CHARM melibatkan mayoritas rekrutan Marinir AS laki-laki berusia 18-20 tahun, setelah karantina di rumah dua pekan tanpa pengawasan," katanya.
Riset terpisah yang diterbitkan di Lancet pada Maret menemukan bahwa mayoritas orang yang terkena COVID-19 terlindungi dari infeksi berulang setidaknya selama enam bulan, tetapi orang yang lebih tua lebih rentan dibanding mereka yang lebih muda.
Sumber: Reuters
Baca juga: CDC: AS telah berikan 187 juta dosis vaksin COVID-19
Baca juga: Biden arahkan negara bagian buat orang dewasa penuhi syarat divaksin
Riset itu juga menjumpai bahwa sekitar 10 persen dari marinir muda penyintas COVID-19 mengalami infeksi berulang.
"Akan tetapi, infeksi di masa lalu tidak menjamin kekebalan, vaksinasi tetaplah penting", tulis the Lancet di Twitter.
"Di antara 189 partisipan yang teruji positif, 19 (10 persen) memiliki sedikitnya satu tes PCR positif untuk SARS-CoV-2 selama tindak lanjut enam pekan (11 kasus per orang-tahun)," menurut riset tersebut.
Baca juga: Fauci: AS mungkin tidak butuhkan vaksin COVID AstraZeneca
Baca juga: AS sudah suntikkan 165 juta dosis vaksin COVID-19
Marinir penyintas yang kembali terinfeksi memiliki tingkat antibodi yang lebih rendah dan antibodi penawarnya lebih sedikit, dibanding marinir penyintas yang tidak terinfeksi lagi, lanjutnya.
"Meski antibodi yang dihasilkan oleh infeksi pertama sebagian besar melindungi, antibodi itu tidak menjamin aktivitas netralisasi SARS-CoV-2 atau menjamin kekebalan melawan infeksi berikutnya," tulis riset tersebut.
"Analisa ini dilakukan sebagai bagian dari riset prospektif COVID-19 Health Action Response for Marines (CHARM). CHARM melibatkan mayoritas rekrutan Marinir AS laki-laki berusia 18-20 tahun, setelah karantina di rumah dua pekan tanpa pengawasan," katanya.
Riset terpisah yang diterbitkan di Lancet pada Maret menemukan bahwa mayoritas orang yang terkena COVID-19 terlindungi dari infeksi berulang setidaknya selama enam bulan, tetapi orang yang lebih tua lebih rentan dibanding mereka yang lebih muda.
Sumber: Reuters
Baca juga: CDC: AS telah berikan 187 juta dosis vaksin COVID-19
Baca juga: Biden arahkan negara bagian buat orang dewasa penuhi syarat divaksin
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: