DPRD Surabaya pertanyakan Jembatan Joyoboyo tak kunjung beroperasi
16 April 2021 10:17 WIB
Dokumentasi - Jembatan Joyoboyo saat uji coba awal dengan dua truk seberat 100 ton oleh Tim ITS, Surabaya, (19/2/2021). ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabaya/aa.
Surabaya (ANTARA) - Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya mempertanyakan kepada pemerintah kota mengenai Jembatan Joyoboyo yang sudah selesai pembangunannya namun belum kunjung beroperasi.
Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktiono di Surabaya, Jumat mengatakan, proyek pembangunan Jembatan Joyoboyo sudah 100 persen selesai dan seharusnya bisa difungsikan oleh publik, ternyata belum juga bisa difungsikan.
"Kami di Komisi C juga belum menerima laporan terkait uji kelayakan jembatan untuk digunakan," katanya.
Menurut dia, uji kelayakan ini sangat penting, karena menyangkut keamanan masyarakat saat Jembatan Joyoboyo sudah dibuka. Hasil uji kelayakan ini agar Komisi C bisa memonitor, kekuatannya bertahan sampai berapa lama.
Ia menambahkan, saat kondisi masih hujan seperti sekarang ini merupakan waktu yang baik untuk melakukan uji kelayakan Jembatan Joyoboyo karena saat kondisi jalan basah pasti ada arus air yang mengalir di bawah Jembatan Joyoboyo.
Baca juga: Plt Wali Kota Surabaya undang Mensos resmikan Jembatan Joyoboyo
Baca juga: Mensos Risma ingin resmikan Jembatan Joyoboyo Surabaya
Diketahui Jembatan Joyoboyo telah diuji coba dengan dua truk seberat 100 ton pada 19 Februari 2021. Uji coba itu dilakukan oleh tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
"Uji coba itu penting untuk jembatan itu bertahan lama. Apakah jembatan tersebut bergerak, dan bagaiman kondisi jembatan saat musim hujan?. Berbeda uji kelayakan saat di musim panas, ya tentu beban jembatannya lebih ringan," ujarnya.
Untuk itu, lanjut Baktiono, Komisi C berencana menggelar rapat dengar pendapat soal Jembatan Joyoboyo pada pekan depan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga (DPUBMP) Surabaya Erna Purnawati sebelumnya menjelaskan, untuk pembangunan fisik Jembatan Joyoboyo itu sudah 100 persen selesai. Akan tetapi saat ini pihaknya sedang menunggu kelengkapan administrasi.
"Karena itu salah satu persyaratan harus diperiksa inspektorat dahulu. Untuk kekuatan bebannya oleh pakar dari ITS," katanya.
Pakar Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Ir Putu Raka mengatakan dari pengujian tersebut pihaknya mendata hasil dari pemantauannya yaitu ukuran lendutan. Lendutan atau defleksi adalah perubahan bentuk pada benda karena tertimpa beban.
Oleh sebab itu, untuk konstruksi aspal beton, seperti Jembatan Joyoboyo, batasan kelendutan 1/800. Artinya dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan, defleksinya itu sudah memenuhi standar.
"Jadi jembatan ini sudah memiliki kemampuan layanan ketika menerima beban kendaraan atau beban yang lewat," katanya.
Baca juga: Pemerintah akan bangun 400 "flyover" KA Semicepat Jakarta-Surabaya
Baca juga: Jembatan Merah Surabaya diusulkan jadi kawasan wisata heritage
Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya Baktiono di Surabaya, Jumat mengatakan, proyek pembangunan Jembatan Joyoboyo sudah 100 persen selesai dan seharusnya bisa difungsikan oleh publik, ternyata belum juga bisa difungsikan.
"Kami di Komisi C juga belum menerima laporan terkait uji kelayakan jembatan untuk digunakan," katanya.
Menurut dia, uji kelayakan ini sangat penting, karena menyangkut keamanan masyarakat saat Jembatan Joyoboyo sudah dibuka. Hasil uji kelayakan ini agar Komisi C bisa memonitor, kekuatannya bertahan sampai berapa lama.
Ia menambahkan, saat kondisi masih hujan seperti sekarang ini merupakan waktu yang baik untuk melakukan uji kelayakan Jembatan Joyoboyo karena saat kondisi jalan basah pasti ada arus air yang mengalir di bawah Jembatan Joyoboyo.
Baca juga: Plt Wali Kota Surabaya undang Mensos resmikan Jembatan Joyoboyo
Baca juga: Mensos Risma ingin resmikan Jembatan Joyoboyo Surabaya
Diketahui Jembatan Joyoboyo telah diuji coba dengan dua truk seberat 100 ton pada 19 Februari 2021. Uji coba itu dilakukan oleh tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
"Uji coba itu penting untuk jembatan itu bertahan lama. Apakah jembatan tersebut bergerak, dan bagaiman kondisi jembatan saat musim hujan?. Berbeda uji kelayakan saat di musim panas, ya tentu beban jembatannya lebih ringan," ujarnya.
Untuk itu, lanjut Baktiono, Komisi C berencana menggelar rapat dengar pendapat soal Jembatan Joyoboyo pada pekan depan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga (DPUBMP) Surabaya Erna Purnawati sebelumnya menjelaskan, untuk pembangunan fisik Jembatan Joyoboyo itu sudah 100 persen selesai. Akan tetapi saat ini pihaknya sedang menunggu kelengkapan administrasi.
"Karena itu salah satu persyaratan harus diperiksa inspektorat dahulu. Untuk kekuatan bebannya oleh pakar dari ITS," katanya.
Pakar Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr Ir Putu Raka mengatakan dari pengujian tersebut pihaknya mendata hasil dari pemantauannya yaitu ukuran lendutan. Lendutan atau defleksi adalah perubahan bentuk pada benda karena tertimpa beban.
Oleh sebab itu, untuk konstruksi aspal beton, seperti Jembatan Joyoboyo, batasan kelendutan 1/800. Artinya dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan, defleksinya itu sudah memenuhi standar.
"Jadi jembatan ini sudah memiliki kemampuan layanan ketika menerima beban kendaraan atau beban yang lewat," katanya.
Baca juga: Pemerintah akan bangun 400 "flyover" KA Semicepat Jakarta-Surabaya
Baca juga: Jembatan Merah Surabaya diusulkan jadi kawasan wisata heritage
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: