New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak hampir lima persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah laporan dari Badan Energi Internasional (IEA), diikuti data persediaan AS meningkatkan optimisme tentang kembalinya permintaan setelah penguncian virus corona tahun lalu menghancurkan konsumsi bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni terangkat 2,91 dolar AS atau 4,6 persen, menjadi ditutup di 66,58 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berakhir 2,97 dolar AS atau 4,9 persen lebih tinggi, menjadi menetap di 63,15 dolar AS per barel.

Persediaan minyak mentah AS turun 5,9 juta barel pekan lalu, kata Badan Informasi Energi (EIA), melebihi perkiraan analis untuk penurunan 2,9 juta barel. Stok minyak mentah di East Coast Amerika Serikat mencapai rekor terendah.

Pasokan bensin pada minggu terakhir, menunjukkan konsumsi bahan bakar AS, naik menjadi 8,9 juta barel per hari, tertinggi sejak Agustus, laporan EIA menunjukkan.

Stok bensin naik tipis 309.000 barel, lebih rendah dari ekspektasi kenaikan 786.000 barel. Persediaan distilasi turun 2,1 juta barel dalam seminggu yang sama, dibandingkan ekspektasi kenaikan 971.000 barel.

"Secara keseluruhan, itu adalah laporan yang sangat mendukung," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. “Tampaknya kami benar-benar mendapatkan pengembalian ke beberapa jumlah permintaan yang lebih solid dan itu akan membuat kami terus maju.”

Di awal sesi, harga minyak naik karena laporan dari Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan dan pasokan minyak global akan seimbang kembali pada paruh kedua tahun ini. Lembagai itu menambahkan bahwa produsen mungkin perlu memompa tambahan 2 juta barel per hari untuk memenuhi permintaan yang diharapkan.

“Laporan IEA tersebut adalah salah satu laporan terbaik yang kami lihat dari publikasi mereka beberapa waktu lalu dalam hal optimis tentang berlanjutnya peningkatan permintaan,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

Demikian pula, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Selasa (13/4/2021) menaikkan perkiraan permintaan globalnya sebesar 70.000 barel per hari dari perkiraan bulan lalu, dan sekarang memperkirakan permintaan global akan meningkat sebesar 5,95 juta barel per hari pada 2021.

Tanda-tanda pemulihan ekonomi yang kuat di China dan Amerika Serikat telah mendukung kenaikan harga baru-baru ini, tetapi peluncuran vaksin yang terhenti di seluruh dunia dan melonjaknya kasus COVID-19 di India dan Brazil telah memperlambat kemajuan pasar.

Baca juga: Emas tergelincir 11,3 dolar tertekan kenaikan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: IHSG ditutup melambung, tembus 6.000 lagi seiring aksi beli asing
Baca juga: Saham Inggris reli hari kedua, indeks FTSE 100 terkerek 0,71 persen