NPAP buat kompetisi inovasi intergrasi informal di pengelolaan sampah
14 April 2021 16:40 WIB
Ketua RW 07 Kelurahan Karet, Setiabudi Hasan Basri merapikan sampah anorganik yang baru ditampung di Bank Sampah Jaya di Jakarta Selatan, Senin (12/4/2021). (ANTARA/Dewa Wiguna)
Jakarta (ANTARA) - National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia meluncurkan Informal Plastic Collection Innovation Challenge untuk mencari solusi meningkatkan pengintegrasian pekerja sektor informal di bidang pengelolaan sampah.
"Kontribusi besar sektor informal untuk mencegah pencemaran plastik belum banyak diakui dan para pemulung sering bekerja dengan bayaran rendah dalam kondisi yang tidak aman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menemukan solusi untuk meningkatkan kinerja serta kesejahteraan pelaku sektor informal," kata Ketua NPAP Indonesia Sri Indrastuti Hadiputranto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Pabrik daur ulang plastik solusi ekosistem keberlanjutan Indonesia
Bekerja sama dengan UpLink dan Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA), pendaftaran kompetisi itu dibuka sampai 2 Mei 2021 dan terbuka bagi organisasi, perusahaan sosial, startup, dan perusahaan untuk menghasilkan solusi untuk meningkatkan efektivitas pengumpulan sampah dengan meningkatkan transparansi, kapasitas, dan peran pekerja sektor informal.
Inovasi itu diperlukan mengingat jumlah sampah plastik di Indonesia yang mengalami peningkatan dengan data NPAP memperlihatkan telah dihasilkan 6,8 juta ton sampah plastik per tahun. Sekitar 61 persen di antaranya tidak terkelola dan diperkirakan 620.000 ton sampah plastik masuk ke perairan Indonesia pada 2017. Bila tidak dilakukan intervensi diperkirakan pada 2025 akan terjadi peningkatan 30 persen menjadi 780.000 ton sampah per tahun masuk ke perairan.
Sementara itu, pelaku sektor informal, termasuk pemulung, toko barang rongsokan dan pengepul merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam upaya pengumpulan sampah. Sektor informal mampu mengumpulkan 1 juta ton sampah plastik per tahun yang bersumber dari pemukiman warga, titik transit sampah dan TPA.
Namun, terdapat tantangan dalam pengumpulan sampah oleh sektor informal, termasuk aktivitas tidak transparan yang menjadi hambatan bagi pendaur ulang dan perusahaan untuk memastikan praktik mereka dilakukan secara etis di seluruh rantai pasokan, sehingga dapat terintegrasi dalam sektor formal.
Padahal, pengintegrasian itu juga penting untuk membantu meningkatkan kesejahteraan pekerja informal.
Dalam pernyataannya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyatakan dukungannya terhadap inisiasi tersebut.
Baca juga: Bali Big Eco Forum serukan aksi nyata lawan sampah plastik
Baca juga: Bank sampah di Kelurahan Karet kumpulkan 479 kg sampah plastik
Baca juga: Cara Danone-Aqua tingkatkan kualitas manajemen sampah plastik
"Kami tidak akan membiarkan krisis penanganan sampah plastik terus berkembang. Sebaliknya, kami mengambil tindakan tegas di setiap tingkatan dan di setiap sektor di Indonesia untuk melakukan transformasi yang diperlukan untuk mencapai zero-plastic-pollution di Indonesia," kata Menko Maritim dan Investasi Luhut.
Informal Plastic Collection Innovation Challenge memiliki tiga area fokus, yaitu rantai pasokan, pengukuran, dan segmentasi yang lebih baik. Yang kedua adalah akses yang lebih baik pada pengetahuan dan keterampilan digital bagi pekerja sampah informal dan ketiga adalah visibilitas sektor informal yang lebih baik.
"Kontribusi besar sektor informal untuk mencegah pencemaran plastik belum banyak diakui dan para pemulung sering bekerja dengan bayaran rendah dalam kondisi yang tidak aman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menemukan solusi untuk meningkatkan kinerja serta kesejahteraan pelaku sektor informal," kata Ketua NPAP Indonesia Sri Indrastuti Hadiputranto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Pabrik daur ulang plastik solusi ekosistem keberlanjutan Indonesia
Bekerja sama dengan UpLink dan Ocean Plastic Prevention Accelerator (OPPA), pendaftaran kompetisi itu dibuka sampai 2 Mei 2021 dan terbuka bagi organisasi, perusahaan sosial, startup, dan perusahaan untuk menghasilkan solusi untuk meningkatkan efektivitas pengumpulan sampah dengan meningkatkan transparansi, kapasitas, dan peran pekerja sektor informal.
Inovasi itu diperlukan mengingat jumlah sampah plastik di Indonesia yang mengalami peningkatan dengan data NPAP memperlihatkan telah dihasilkan 6,8 juta ton sampah plastik per tahun. Sekitar 61 persen di antaranya tidak terkelola dan diperkirakan 620.000 ton sampah plastik masuk ke perairan Indonesia pada 2017. Bila tidak dilakukan intervensi diperkirakan pada 2025 akan terjadi peningkatan 30 persen menjadi 780.000 ton sampah per tahun masuk ke perairan.
Sementara itu, pelaku sektor informal, termasuk pemulung, toko barang rongsokan dan pengepul merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam upaya pengumpulan sampah. Sektor informal mampu mengumpulkan 1 juta ton sampah plastik per tahun yang bersumber dari pemukiman warga, titik transit sampah dan TPA.
Namun, terdapat tantangan dalam pengumpulan sampah oleh sektor informal, termasuk aktivitas tidak transparan yang menjadi hambatan bagi pendaur ulang dan perusahaan untuk memastikan praktik mereka dilakukan secara etis di seluruh rantai pasokan, sehingga dapat terintegrasi dalam sektor formal.
Padahal, pengintegrasian itu juga penting untuk membantu meningkatkan kesejahteraan pekerja informal.
Dalam pernyataannya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyatakan dukungannya terhadap inisiasi tersebut.
Baca juga: Bali Big Eco Forum serukan aksi nyata lawan sampah plastik
Baca juga: Bank sampah di Kelurahan Karet kumpulkan 479 kg sampah plastik
Baca juga: Cara Danone-Aqua tingkatkan kualitas manajemen sampah plastik
"Kami tidak akan membiarkan krisis penanganan sampah plastik terus berkembang. Sebaliknya, kami mengambil tindakan tegas di setiap tingkatan dan di setiap sektor di Indonesia untuk melakukan transformasi yang diperlukan untuk mencapai zero-plastic-pollution di Indonesia," kata Menko Maritim dan Investasi Luhut.
Informal Plastic Collection Innovation Challenge memiliki tiga area fokus, yaitu rantai pasokan, pengukuran, dan segmentasi yang lebih baik. Yang kedua adalah akses yang lebih baik pada pengetahuan dan keterampilan digital bagi pekerja sampah informal dan ketiga adalah visibilitas sektor informal yang lebih baik.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: