Yogyakarta (ANTARA News) - Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menyatakan syarat utama untuk menciptakan perdamaian di dunia adalah kepercayaan yang didasari dengan rasa saling mengerti satu sama lain.

Hal tersebut disampaikan Jusuf Kalla saat menutup "The 3rd World Peace Forum" yang digelar di Hotel Sheraton Yogyakarta, Jumat.

"Ada dua isu penting yang dapat memicu adanya konflik yaitu agama serta politik dan kekuasaan," kata Jusuf Kalla.

Namun demikian, menurut dia, agama adalah pemicu konflik yang cukup sulit untuk dihadapi dalam suatu bangsa.

"Karenanya, sangat penting untuk bisa memahami ajaran agama sendiri, dan juga memahami ajaran agama lain karena dengan saling mengerti, maka konflik itu bisa diredam," katanya.

Ia mencontohkan, terkadang pemimpin suatu agama menjual surga terlalu murah kepada umatnya sehingga tercipta suatu konflik karena agama. "Seperti yang dihadapi di Indonesia, yaitu konflik Poso dan juga Ambon yang dipicu oleh konflik agama," katanya.

Pencapaian perdamaian, lanjut dia, juga berarti adanya kompromi, karena tanpa kompromi, maka perdamaian tidak dapat diwujudkan.

Sementara itu, Ketua Steering Comitte The 3rd World Peace Forum Rizal Sukma menyatakan, hasil dari pertemuan tersebut adalah seluruh peserta sepakat untuk mengembangkan pendidikan perdamaian di masing-masing negaranya baik melalui pendidikan formal atau ekstrakurikuler.

"Metode dan formatnya sangat tergantung dari kondisi dan situasi masing-masing daerah," katanya.

Langkah awal pengembangan pendidikan perdamaian tersebut, lanjut dia, diawali dengan identifikasi masalah oleh masing-masing organisasi yang mengikuti kegiatan tersebut.

Khusus di Indonesia, katanya, pendidikan perdamaian akan coba diintegrasikan ke dalam pendidikan formal sejak dini.

Pada pertemuan World Peace Forum berikutnya, Rizal menyatakan, kemungkinan besar isu yang akan diangkat adalah melakukan identifikasi program secara konkrit oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau kelompok agama untuk menyusun misi kemanusiaan ke daerah-daerah konflik. (E013/A035)