Menkes Belanda: Peluncuran vaksin COVID Johnson & Johnson belum pasti
14 April 2021 07:00 WIB
Barbara Schmalenberger, 86 tahun, dari Hilliard, Ohio, memeluk putrinya, Melanie Gagnon, setelah menerima vaksin penyakit virus corona (COVID-19) Johnson & Johnson di OSU Wexner Medical Center di Columbus, Ohio, AS (2/3/2021). ANTARA FOTO/REUTERS / Gaelen Morse /aww.
Amsterdam (ANTARA) - Menteri Kesehatan Belanda, Selasa (13/4,) mengaku belum mengetahui apakah negara itu akan mulai meluncurkan vaksinasi vaksin COVID-19 Johnson & Johnson pekan ini sesuai rencana, setelah otoritas Amerika Serikat meminta agar penggunaan vaksin itu dihentikan terkait peristiwa pembekuan darah.
"Saat ini saya tidak dapat berkata apa-apa, tergantung laporan yang kami terima besok, saya berharap besok, dari EMA (Badan Pengawas Obat Eropa)," kata Menteri Hugo de Jonge saat konferensi pers di Den Haag.
Badan kesehatan federal Amerika Serikat pada Selasa meminta agar penggunaan vaksin COVID-19 dosis tunggal Johnson & Johnson dihentikan setelah enam penerima vaksin mengalami kelainan langka termasuk pembekuan darah.
Semua enam penerima vaksin adalah perempuan antara usia 18-48 tahun. Seorang perempuan meninggal dan satu lagi di Nebraska dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis, seperti dilansir New York Times, mengutip pejabat.
CDC dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) melalui pernyataan bersama mengatakan bahwa insiden buruk tampaknya sangat jarang terjadi saat ini.
Belanda menerima pengiriman pertama 79.200 dosis vaksin Johnson & Johnson pada 12 April.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS minta penggunaan vaksin COVID Johnson & Johnson dihentikan
Baca juga: Tunisia beri lampu hijau vaksin COVID Johnson & Johnson
Baca juga: J&J setuju pasok 400 juta dosis vaksin COVID untuk Uni Afrika
"Saat ini saya tidak dapat berkata apa-apa, tergantung laporan yang kami terima besok, saya berharap besok, dari EMA (Badan Pengawas Obat Eropa)," kata Menteri Hugo de Jonge saat konferensi pers di Den Haag.
Badan kesehatan federal Amerika Serikat pada Selasa meminta agar penggunaan vaksin COVID-19 dosis tunggal Johnson & Johnson dihentikan setelah enam penerima vaksin mengalami kelainan langka termasuk pembekuan darah.
Semua enam penerima vaksin adalah perempuan antara usia 18-48 tahun. Seorang perempuan meninggal dan satu lagi di Nebraska dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis, seperti dilansir New York Times, mengutip pejabat.
CDC dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) melalui pernyataan bersama mengatakan bahwa insiden buruk tampaknya sangat jarang terjadi saat ini.
Belanda menerima pengiriman pertama 79.200 dosis vaksin Johnson & Johnson pada 12 April.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS minta penggunaan vaksin COVID Johnson & Johnson dihentikan
Baca juga: Tunisia beri lampu hijau vaksin COVID Johnson & Johnson
Baca juga: J&J setuju pasok 400 juta dosis vaksin COVID untuk Uni Afrika
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: