Madiun (ANTARA News) - Tim Komite Nasional Kecepatan Transportasi (KNKT) menduga tergulingnya Kereta Api (KA) Logawa jurusan Purwokerto-Jember di Dusun Petung, Desa Pajaran, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jatim (29/6) akibat kecepatan kereta yang melebihi rata-rata.

"Hasil penyelidikan sementara, kereta diduga terguling karena kecepatan kereta yang melebihi rata-rata. Seharusnya saat melewati jalur itu, kecepatan kereta hanya 70 kilometer per jam, namun justru 83 kilometer per jam," ujar anggota tim KNKT, W Muktamar, di lokasi kejadian, Rabu.

Menurut dia, pihaknya hingga kini masih terus menyelidiki penyebab pasti tergulingnya KA Logawa bernomor lokomotif CC 20156 yang menewaskan enam orang dan melukai 73 penumpang lainnya itu.

Hingga siang ini, ketiga gerbong yang terguling juga masih belum dapat dievakuiasi. Petugas PT KAI Daop VII Madiun masih memperbaiki rel untuk bisa dilalui KA Kumbokarno yang akan digunakan mengevakausi gerbong.

"Kita mengerahkan 100 personel untuk membantu perbaikan rel dan bantalan. Diperkirakan hingga siang nanti baru selesai," kata Humas Daop VII Madiun, Hariyono Wirotomo.

Akibat proses evakuasi yang belum selesai, maka aktivitas pelayanan di Stasiun Madiun dan stasiun wilayah Daop VII Madiun lainnya terlihat lumpuh. Ratusan calon penumpang kecewa karena tidak ada kereta yang berangkat dari Stasiun Madiun.

"Semua kereta tidak ada yang berangkat. Sebetulnya, banyak calon penumoang yang mau naik kereta," ucap Sumirah yang hendak pergi ke Surabaya.

Informasi dari PT KAI Daop VII Madiun, jalur kereta dialihkan melalui jalur utara, yakni lewat Solo, Cepu, Bojonegoro, dan Surabaya.

Sementara itu, lima korban luka berat akibat tergulingnya KA Logawa yang dirujuk ke RSUD dr Soedono, Kota Madiun, hingga kini masih dirawat secara intensif.

"Kelimanya masih dalam perawatan intensif tim medis. Mereka dirawat di ruang observasi, pemulihan intensif, dan ruang Wijaya Kusuma," ujar Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD dr Soedono, dr Dwi Siwi Mardiati.

Kelima korban luka berat tersebut adalah, Ngadiono (67) warga Gubeng Surabaya dan Nurul warga Desa Krajan, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, yang dirawat di Instalasi Observasi darurat (IOD).

Selain itu, Irfan Abdurahman (20) warga Komplek Cipinang, Cibiro, Cileunyi, Bandung dan Triyono (17) warga Ngoro, Jombang, yang saat ini masih dirawat di Instalasi Pemulihan Intensif (IPI).

"Satu lagi, Erza (11), warga Adikarsa, Kebumen, Jawa Tengah masih dirawat di Ruang Wijaya Kusuma C. Ia mengalami patah tulang kaki," ucapnya.

Pasien terparah adalah Ngadiono yang mengalami patah tulang belakang, lengan sebelah kiri, dan pinggul, termasuk pasien Nurul yang mengalami patah lengan bawah sebelah kanan.

Hingga Rabu siang, jumlah pasien yang masih dirawat di RSUD Panti Waluya Caruban, Kabupaten Madiun masih 17 orang. Sisanya, telah pulang dan ada satu pasien yang dirujuk ke Rumah sakit Kustati, Solo, Jawa Tengah.

"Pasien yang dirujuk ke RS Kustati Solo, atas nama Komsiah, warga Brebes. Rencananya, ada dua pasien lagi dari RSUD Caruban yang akan dirujuk ke RSUD dr, Soedono, Madiun," ujar petugas jaga RSUD Panti Waluya Caruban, Rahayu.

Mayoritas korban luka akibat tergulingnya KA Logawa menderita patah tulang akibat benturan yang cukup keras.
(E011/A024)