Singapura (ANTARA News) - Harga minyak memperpanjang penurunan di perdagangan Asia, Rabu, karena bursa dunia melemah setelah data ekonomi dari Amerika Serikat dan China mendorong kekhawatiran melambatnya pemulihan ekonomi, kata analis.

Kontrak utama New York, untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Agustus turun 13 sen ke posisi 75,81 dolar per barel, sedangkan minyak mentah London Brent North Sea untuk pengapalan Agustus turun 23 sen menjadi 75,21 dolar per barel, sebagaimana dikutip dari AFP.

Sentimen tetap terdesak oleh laporan yang menunjukkan melemahnya kepercayaan konsumen AS dan juga berbagai indikator melemahnya ekonomi China yang membawa kontrak ke dua jenis minyak itu menurun lebih dari dua dolar Selasa.

"Beberapa pemberitaan terus menekan pasar," kata David Moore, strategis komoditas pada Commonwealth Bank of Australia yang berbasis di Sydney itu.

Suatu perusahaan riset bisnis AS, the Conference Board, Selasa merevisi April Leading Economic Indicator untuk China menjadi 0,3 persen dari 1,7 persen.

The Conference Board mengumumkan bahwa kepercayaan konsumen AS telah merosot pada Juni setelah mencatat kenaikan bulanan ke tiga berturut-turut di tengah bertambahnya ketidakpastian ekonomi AS serta kekhawatiran mengenai pengangguran.

Sejumlah angka melemah juga dipengaruhi bursa AS dengan tiga indikasi utama angka-angka berakhir lebih rendah pada Selasa.

Indeks blue-chip Dow Jones Industrial Average melemah lebih dari tiga persen sebelum ditutup pada posisi 268,22 poin atau 22,65 persen lebih rendah pada posisi 9.870,30.

Itu merupakan pertama kalinya Dow Jones ditutup di bawah tingkat sensitif 10.000 secara psykologis dalam 20 sesi.

Sementara indeks Nasdaq turun 85,47 poin (3,85 persen) menjadi 2.135,18 dan indekss S&P 500 turun 33,33 poin (3,10 persen) ditutup pada posisi 1.041,24.

Moore mengatakan bahwa harga minyak mentah dapat terus diperdagangkan melemah karena pasar menunggu data manufaktur Kamis dari Amerika Serikat yang memberikan petunjuk lebih jelas dalam permintaan di negara konsumen energi terbesar dunia itu.
(S004/A024)