Ankara (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, peningkatan kerja sama antara Indonesia dan Turki dapat dilakukan dalam lima sektor sehingga kedua bangsa dapat menghadapi tantangan pada abad ke-21.

Hal tersebut dikatakan Presiden Yudhoyono saat menyampaikan pidato di depan sidang parlemen Turki yang berlangsung di Ankara, Selasa sore pukul 15.30 waktu setempat atau pukul 19.30 WIB.

"Secara keseluruhan kerja sama kita sudah dimulai sejak lama dan ke depan saya mengharapkan dapat terus tumbuh dan berkembang dalam lima area," kata Presiden dalam pidato selama 45 menit di depan anggota parlemen Turki.

Presiden yang membawakan pidato dalam bahasa Inggris tersebut memaparkan lima area yang dapat dikembangkan dalam kerja sama kedua negara di masa yang akan datang adalah reformasi perekonomian dunia, mempromosikan harmonisasi antara peradaban, promosikan demokrasi, mendorong adanya penyelesaian konflik dan bekerja sama menghadapi isu-isu global.

"Saat ini adalah era baru dalam ekonomi. Tantangan kita adalah bagaimana "G-20 world era" bisa mengakomodasi semua kepentingan secara seimbang dan adil bagi semua sehingga tidak ada jarak antara negara," kata Presiden mengenai kerjasama di area pertama.

Dalam kerja sama mempromosikan harmonisasi antar peradaban, Presiden mengatakan antara Indonesia dan Turki keduanya memiliki persamaan mengenai peran dan dialog antar umat beragama serta antar peradaban timur dan barat sehingga dapat bekerjasama membangun komunikasi antara peradaban yang lebih baik.

"Mempromosikan demokrasi, hal yang ketiga, bukan berarti kita mengekspor demokrasi namun berbagai pengalaman mengenai demokrasi dan belajar dari kesalahan satu dan lainnya," kata Presiden.

Turki, kata Kepala Negara, sama halnya seperti Indonesia pada awal abad ke-20 mengalami perubahan dan pembaharuan dalam sisi kenegaraan dan menjadi negara demokrasi yang kuat.

Dalam area penyelesaian konflik, Presiden menggarisbawahi pentingnya peran Turki dan Indonesia dalam membantu penuntasan masalah Palestina.

Kepala Negara sempat menyinggung mengenai tragedi kapal kemanusiaan Mavi Marmara dan menyampaikan kecaman atas peristiwa tersebut dan meminta adanya penyelidikan yang jernih.

"Israel pun harus membuka blokade yang ilegal terhadap Gaza karena memicu timbulnya krisis kemanusiaan dan itu bertentangan dengan hukum internasional," tegasnya.

Sementara terkait isu-isu global, Presiden mengajak agar Indonesia dan Turki bersama-sama dan saling mendukung dalam menyikapi isu global seperti perubahan iklim, terorisme dan isu-isu lainnya.

"Saya mengajak kepada anda semua mari bergandengan tangan dan bekerjasama mewujudkan perubahan yang lebih baik," kata Presiden menutup pidatonya.

Presiden tiba di gedung parlemen Turki dan disambut oleh Ketua Parlemen Turki Mehmet Ali Sahin.

Pada pukul 20.00 waktu setempat atau pukul 24.00 WIB Presiden dan Ibu Negara Ani Yudhoyono dijadwalkan menghadiri jamuan makan malam kenegaraan yang diselenggarakan Presiden Turki Abdullah Gul dan Hayrunnisa Gul di Istana Kepresidenan Turki.

Pada Rabu (30/6) pukul 08.45 waktu setempat Presiden akan menuju Istanbul untuk menghadiri Forum Bisnis Indonesia-Turki.(*)
(T.P008/R009)