Jakarta (ANTARA) - Saham Hong Kong jatuh hari Senin, mengikuti penurunan di pasar saham-A, karena data terbaru menunjukkan tanda-tanda akan ada pengetatan likuiditas di China daratan.

Pada penutupan perdagangan, Indeks Hang Seng turun 245,52 poin atau 0,86 persen menjadi 28.453,28. Indeks Hang Seng China Enterprises turun 0,93 persen menjadi 10.874,83.

Jatuh paling tajam, indeks teknologi Hang Seng dan indeks perusahaan konsumen non-primer Hang Seng turun 1,6 persen dan 2 persen.

Baca juga: Menjelang Ramadhan, IHSG ditutup anjlok hingga 121,64 poin

Total pembiayaan sosial (TSF) China yang luar biasa, ukuran kredit dan likuiditas yang luas dalam perekonomian, naik 12,3 persen menjadi 294,55 triliun yuan ($ 44,95 triliun) pada akhir Maret dari tahun sebelumnya, kata bank sentral pada hari Senin.

Pada bulan Maret, TSF naik menjadi 3,34 triliun yuan dari 1,71 triliun yuan pada bulan Februari. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan TSF Maret naik menjadi 3,7 triliun yuan.

Alibaba China tidak mengharapkan adanya dampak material dari perubahan pada pengaturan eksklusivitasnya dengan pedagang, CEO Daniel Zhang mengatakan pada hari Senin, setelah regulator mendenda raksasa e-commerce itu dengan rekor 2,75 miliar dolar AS karena menyalahgunakan dominasi pasarnya.

Baca juga: Saham Tokyo ditutup jatuh, dipicu kekhawatiran naiknya kasus COVID-19

Saham Alibaba Group Holdings Ltd berakhir naik 6,5 persen.

"Badan pengatur pemerintah telah secara konsisten membuat gangguan dan tindakan yang berlebihan dalam hal peraturan terhadap platform e-commerce yang sangat berdampak pada perekonomian," kata Kepala Ekuitas China Renaissance, Andy Maynard, di Hong Kong.

"Saya pikir banyak orang mungkin telah memperkirakan ini. Dan pada tingkat tertentu, meskipun jumlahnya besar, itu bukan angka yang besar bagi mereka," tambahnya.

Di seluruh wilayah, indeks saham MSCI Asia kecuali Jepang melemah sebesar 1,07 persen, sedangkan indeks Nikkei Jepang ditutup turun 0,77 persen.

Baca juga: Bursa Australia merosot, terseret saham sumber daya dan real estat

Baca juga: Saham Korea Selatan "rebound", terdongkrak pembelian ritel investor