Gubernur BI: Indonesia lebih optimis dibanding proyeksi IMF
9 April 2021 18:18 WIB
Dokumentasi. Tangkapan layar - Gubernur BI Perry Warjiyo dalam peluncuran buku Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah (LEKSI) 2020 yang dilaksanakan Senin, secara virtual. ANTARA/Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia/pri. (ANTARA/Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia)
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan pihaknya tetap optimis bahwa perekonomian Indonesia akan tetap mampu tumbuh sekitar 4,8 persen sampai 5,3 persen tahun ini atau lebih tinggi dibanding proyeksi IMF.
Hal ini menyusul Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen untuk tahun ini.
“Optimis, BI perkirakan tahun ini bisa tumbuh 4,8 persen sampai 5,3 persen lebih optimis dari IMF sebab kita sinergi kuat dan ekspor bagus,” katanya dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional di Jakarta, Jumat.
Perry menyatakan Indonesia tetap optimis dengan target pertumbuhan ekonomi yang telah dilakukan karena adanya sinergi yang sangat kuat antara Bank Indonesia, pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, dan LPS.
Ia menuturkan sinergi yang kuat itu dilakukan baik dari sisi ekspor, inflasi, rasio kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL), perbankan, pemberian stimulus ekonomi, program vaksinasi maupun dalam mendorong penyaluran kredit.
“BI optimis melalui sinergi kuat dengan vaksinasi, stimulus fiskal, stimulus moneter, stimulus OJK, dukungan Komisi XI, perbankan, dunia usaha Insya Allah Indonesia tahun ini on the path of economy recovery,” tegasnya.
Sementara itu, Perry menjelaskan pihaknya selama ini telah melakukan bagi beban atau burden sharing dengan pemerintah untuk membiayai kebutuhan tahun lalu.
“Tidak tanggung-tanggung BI membiayai fiskal tahun lalu Rp473 triliun termasuk Rp397 triliun dananya dari BI. Beban dari BI untuk bansos termasuk membeli vaksin,” katanya.
Ia melanjutkan, untuk tahun ini Bank Indonesia telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar primer sekitar Rp94 triliun.
“BI semua policy mendukung pertumbuhan ekonomi dengan sinergi bersama pemerintah, OJK, LPS, dunia perbankan dan dunia usaha,” katanya.
Hal ini menyusul Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen untuk tahun ini.
“Optimis, BI perkirakan tahun ini bisa tumbuh 4,8 persen sampai 5,3 persen lebih optimis dari IMF sebab kita sinergi kuat dan ekspor bagus,” katanya dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional di Jakarta, Jumat.
Perry menyatakan Indonesia tetap optimis dengan target pertumbuhan ekonomi yang telah dilakukan karena adanya sinergi yang sangat kuat antara Bank Indonesia, pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, dan LPS.
Ia menuturkan sinergi yang kuat itu dilakukan baik dari sisi ekspor, inflasi, rasio kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL), perbankan, pemberian stimulus ekonomi, program vaksinasi maupun dalam mendorong penyaluran kredit.
“BI optimis melalui sinergi kuat dengan vaksinasi, stimulus fiskal, stimulus moneter, stimulus OJK, dukungan Komisi XI, perbankan, dunia usaha Insya Allah Indonesia tahun ini on the path of economy recovery,” tegasnya.
Sementara itu, Perry menjelaskan pihaknya selama ini telah melakukan bagi beban atau burden sharing dengan pemerintah untuk membiayai kebutuhan tahun lalu.
“Tidak tanggung-tanggung BI membiayai fiskal tahun lalu Rp473 triliun termasuk Rp397 triliun dananya dari BI. Beban dari BI untuk bansos termasuk membeli vaksin,” katanya.
Ia melanjutkan, untuk tahun ini Bank Indonesia telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar primer sekitar Rp94 triliun.
“BI semua policy mendukung pertumbuhan ekonomi dengan sinergi bersama pemerintah, OJK, LPS, dunia perbankan dan dunia usaha,” katanya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: