Kendari (ANTARA News) - Komisi X DPR RI dalam kunjungan kerjanya di Sulawesi Tenggara mendatangi perkampungan komunitas bajau atau biasa disebut "manusia perahu" di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

"Hampir seluruh aspek kehidupan komunitas bajau di Kabupaten Wakatobi tertinggal sehingga harus mendapatkan perhatian serius agar tidak merasa dianak tirikan," kata anggota Komisi X DPR RI Hj. Popong Otje Djundjunan di Kendari, Kamis.

"Bangsa Indonesia patut bangga dengan suku, etnis dan budaya beragam. Komunitas bajau di Kabupaten Wakatobi yang hidup dengan pola hidup yang unik merupakan kekayaan bangsa," kata Hj Popong Otje Djundjunan.

Komunitas bajau yang bermata pencaharian sebagai nelayan dianggap unik karena memilih berhabitat di laut daripada di daratan walaupun pemerintah menyiapkan lahan dan rumah bagi mereka.

Keberadaan komunitas bajau atau biasa disebut "manusia perahu" di

Kabupaten Wakatobi harus diberdayakan oleh pemerintah sesuai kebudayaan atau tradisi mereka agar tidak menimbulkan diskriminasi," kata Popong politis Partai Golkar.

Komunitas bajau Wakatobi biasa disebut "manusia perahu" karena sejak nenek moyang sudah hidup diatas perahu atau segala aktivitas mereka diatas perahu.

Pemerintah dapat memberdayakan komunitas bajau untuk menjaga atau melestarikan terumbu karang sebagai aset wisata daerah yang dikenal dengan simbol "Surga Nyata dibawah Laut Segi Tiga Karang Dunia".

Secara terpisah Bupati Wakatobi Hugua mengatakan pemerintah menyiapkan fasilitas apa pun yang dibutuhkan komunitas bajau untuk meningkatkan taraf hidup dan martabat mereka.

"Saya tahu nasib komunitas bajo. Saya bagian dari orang bajau sehingga pemerintah Wakatobi memberi perhatian serius demi perbaikan kesejahteraan mereka," katanya.

Bupati mengakui bahwa kendala utama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan komunitas bajau adalah sumber daya manusia karena umumnya tertinggal dari segi pendidikan.(*)
(S032/R009)