Cilegon (ANTARA News) - Badan Tenaga Nuklir Nasional menetapkan Kabupaten Serang, Banten, sebagai tempat penelitian pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, karena wilayah tersebut memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian.

"Tepatnya di sekitar pantai utara Kecamatan Kramatwatu, karena dari hasil tinjauan di lapangan, wilayah itulah yang cocok untuk penelitian PLTN," kata Deputi Pengembangan Teknologi Energi Nuklir Batan Ir Adiwardojo di Kampus II Universitas Tirtayasa, Cilegon, Kamis.

Ditemui di sela-sela Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III Adiwardojo mengatakan, Batan sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai alternatif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap energi listrik.

Berkaitan dengan itu, Batan tidak hanya melakukan penelitian PLTN di Provinsi Banten saja, tetapi juga di provinsi lain di Indonesia dengan mencari lokasi yang strategis dan cocok untuk mengembangkan energi tersebut.

"Untuk di Banten kita pilih lokasi di Kramatwatu, karena dari berbagai penelitian wilayah ini tidak ada kendala yang dihadapi seperti dari segi kegempaan atau stunami atau dari hal lain yang harus dihindari terhadap radiasi yang bisa membahayakan terhadap lingkungan," katanya.

Menurut Adiwardojo, pengembangan bahan nuklir yang selama ini dimanfaat untuk sektor pertanian dan kedokteran, yang kemudian dikembangkan sektor ketenagalistrikan sebagai jawaban dari keinginan pemerintah untuk diversifikasi energi nasional.

"Perlu dilakukan pemilihan alternatif pembangkit listrik untuk menyokong pasokan energi secara berkelanjutan, kata Adiwardojo yang mewakili Kepala Batan Dr Hudi Hastowo dalam pembukaan seminar tersebut.

Ia mengatakan, pemerintah dalam program pengembangan energi nasional telah menetapkan kebijakan penggunaan energi nuklir yang diproyeksikan pada 2025 mencapai 2 persen dari kebutuhan listrik.

Potensi PLTN sebagai penyedia panas dapat diaplikasikan selain untuk pembangkit listrik, juga dapat dikopel dengan berbagai proses industri untuk memanfaatkan panas atau uap yang dihasilkan, katanya.

Seminar dihadiri sekitar 200 peserta itu dari kalangan mahasiswa fakultas teknik Universitas Tirtayasa, serta peneliti, akademisi dan pemerhati energi dari Batan, Bapeten, LIPI, ESDM, PLN dan BPPT. (R010/B013)