Bandarlampung (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika melakukan prakiraan ulang musim kemarau karena terjadi gangguan cuaca, yang mengubah prediksi musim kemarau tahun ini dari Juni menjadi pertengahan Juli.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung Bambang Nova Setianto, di Bandarlampung, Selasa, memprediksikan hujan dengan intensitas cukup tinggi terus terjadi di Lampung.

Namun, lanjut dia, pada pertengahan Juli, hujan berkurang dan memasuki musim kemarau basah dan jangka waktunya pendek dengan intensitas sedang sampai lebat di Lampung bagian timur, serta intensitas ringan sampai sedang di Lampung bagian barat.

Bambang menjelaskan, dinamakan kemarau basah karena musim kemarau masih terdapat hujan, tetap ukurannya pada kisaran 100-150 milimeter, atau dalam satu hari dapat terjadi hujan dengan intensitas rendah.

Sedangkan curah hujan tertinggi di Lampung bagian Timur, terjadi di sekitar Natar, Lampung selatan, selama empat jam mencapai 119 milimeter.

Melihat fenomena itu, Bambang membenarkan bahwa hal tersebut merupakan cuaca ekstrim dengan tanda-tanda hujan lebat dalam satu hari dengan intensitas 50 milimeter lebih, kecepatan angin diatas 45 knot dan suhu udara di atas 35 derajat Celcius.

Namun demikian, lanjutnya, cuaca ekstrim tidak mengganggu pelayaran di Selat Sunda, tetapi tetap waspada, karena cuaca sewaktu-waktu dapat berubah.(*)

(T013/R009)