Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, berpotensi melemah dibayangi aksi jual oleh investor asing.

IHSG dibuka melemah 1,58 poin atau 0,03 persen ke posisi 6.035,04. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 0,16 poin atau 0,02 persen ke posisi 903,97.

"IHSG diperkirakan kembali fluktuatif dengan kecenderungan koreksi terbatas pada perdagangan Kamis, seiring potensi berlanjutnya net sell Investor asing. IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang 6.000-6.070 pada hari ini," tulis Tim Riset Phintraco Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

Potensi berlanjutnya aksi jual investor asing juga sejalan dengan proyeksi pelemahan nilai tukar rupiah dalam perdagangan hari ini.

Nilai tukar rupiah akan dibayangi oleh penurunan cadangan devisa Indonesia sebesar 1,22 persen (mom) menjadi 137,1 miliar dolar AS per 31 Maret 2021.

Meskipun turun, posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 10,1 bulan impor atau 9,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Meski demikian, ada potensi tekanan jual mereda seiring penyataan bank sentral AS The Fed dalam risalah Komite Pasar Terbuka Federal atau FOMC bahwa kebijakan moneter akomodatif masih akan dipertahankan.

Oleh sebab itu, pelaku pasar dapat kembali mencermati saham-saham defensif, seperti ICBP, UNVR, INDF dan TLKM. Pelaku pasar juga dapat mencermati RALS, JPFA, CPIN dan KLBF yang memperoleh katalis positif dari ekspektasi peningkatan permintaan pada bulan puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 116,52 poin atau 0,39 persen ke 29.614,27, indeks Hang Seng naik 126,68 poin atau 0,44 persen ke 28.801,48, dan indeks Straits Times meningkat 0,68 poin atau 0,02 persen ke 3.196,44

Baca juga: IHSG Kamis dibuka melemah tipis 1,58 poin
Baca juga: IHSG berpotensi naik hari ini, namun dibayangi aksi ambil untung
Baca juga: IHSG berpeluang menguat seiring ekspektasi pemulihan ekonomi global