Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia, Selasa, setelah melonjak hari sebelumnya karena investor terpengaruh dengan pengumuman China bahwa negara itu akan memperbolehkan yuan lebih fleksibel.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah jenis light sweet pengiriman Juli turun 42 sen ke posisi 77,40 dolar per barel, sedangkan minyak mentah Brent North Sea untuk pengapalan Agustus melemah 45 sen menjadi 78,37 dolar per barel, sebagaimana dikutip dari AFP.

Harga minyak naik pada Senin, setelah pengumuman akhir pekan bahwa China akan memperlonggar mata uangnya yang dipatok terhadap dolar, meningkatkan harapan investor untuk permintaan energi yang kuat.

Penguatan harga minyak pada Senin itu setelah bank sentral China, People`s Bank of China (PBoC), Sabtu, mengatakan, bahwa pihaknya akan membiarkan fleksibilitas yuan lebih lanjut terhadap dolar, memicu harapan permintaan yang lebih tinggi untuk minyak dan bahan mentah lainnya yang dihargakan dalam dolar yang mendorong pasar global "rally".

"Ketika China mengatakan akan merevaluasi mata uangnya, sampai batas tertentu itu adalah mosi percaya dalam ekonomi global," kata Bart Melek dari BMO Capital Markets.

Para analis mengintepretasikan pernyataan bank sentral China sebagai suatu pertanda bahwa Beijing telah siap untuk mengatur penetapan nilai tukar yuan terhadap dolar, yang telah dipatok selama dua tahun, dan membolehkan mata uang itu menguat.

China secara efektif mematok yuan pada kisaran 6,8 terhadap dolar sejak pertengahan 2008 guna membantu mendorong para eksportir selama krisis finansial dunia.

Para analis mengatakan Selasa bahwa harga minyak kembali menunjukkan tanda-tanda bahwa penguatan yuan akan bertahap.

Penurunan dalam bursa Asia juga mendorong turunnya harga minyak karena para investor ingin mendapat untung dari kenaikan pada Senin itu.

Saham-saham Tokyo turun 0,61 persen pada jam istirahat sedangkan saham Hong Kong dibuka 0,30 persen lebih rendah.
(S004/A024)