Hari Kesehatan Sedunia momentum ciptakan sistem pertahanan kesehatan
7 April 2021 21:21 WIB
Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Safari di Jakarta, Ahad (4/4/2021). ANTARA/Indriani.
Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menilai Hari Kesehatan Sedunia 2021 menjadi momentum bagi Indonesia menciptakan sistem pertahanan di bidang kesehatan, khususnya mengantisipasi kemunculan penyakit baru.
"Kita lemah pada surveilans, kita tidak bisa membaca sinyal, ketika COVID-19 masuk ke Indonesia. Jangan kita heboh kalau sudah datang virusnya," ujar anggota IDAI Prof Hindra Irawan Safari, saat dihubungi Antara menanggapi Hari Kesehatan Sedunia (HKS), di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan Indonesia telah memiliki Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC), dimana kegiatannya mencakup pengamatan terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi agar penanggulangan dapat efektif dan efisien.
"Ada penyakit infeksi yang wajib dilaporkan, dicatat, diamati, tapi kayaknya kita kedodoran, hanya masuk file data, tidak dianalisis," katanya.
Padahal, lanjut dia, Indonesia sudah memiliki pengalaman, mulai dari severe acute respiratory syndrome (SARS) hingga avian ainfluenza.
Menurut dia, belum terpadunya sistem antara pemerintah daerah dan pusat menjadi salah satu faktor yang membuat Indonesia lengah menghadapi pandemi COVID-19.
"Jadi dalam setahun terakhir ini tiba saatnya untuk mengevaluasi supaya sistem terpadu. Sudah saatnya evaluasi, instrospeksi, bukan cari kesalahan, tapi cari solusi. Virus mutasi, kita juga harus mutasi," ucapnya.
Dalam Hari Kesehatan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 7 April ini, Hindra mengingatkan akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, karena itu turut menjadi faktor dalam penanganan pandemi agar terkendali dengan baik.
"Semua ini sinyal dari Allah, karena kita tidak peduli dengan lingkungan kita," ucapnya.
"Kita lemah pada surveilans, kita tidak bisa membaca sinyal, ketika COVID-19 masuk ke Indonesia. Jangan kita heboh kalau sudah datang virusnya," ujar anggota IDAI Prof Hindra Irawan Safari, saat dihubungi Antara menanggapi Hari Kesehatan Sedunia (HKS), di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan Indonesia telah memiliki Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC), dimana kegiatannya mencakup pengamatan terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi agar penanggulangan dapat efektif dan efisien.
"Ada penyakit infeksi yang wajib dilaporkan, dicatat, diamati, tapi kayaknya kita kedodoran, hanya masuk file data, tidak dianalisis," katanya.
Padahal, lanjut dia, Indonesia sudah memiliki pengalaman, mulai dari severe acute respiratory syndrome (SARS) hingga avian ainfluenza.
Menurut dia, belum terpadunya sistem antara pemerintah daerah dan pusat menjadi salah satu faktor yang membuat Indonesia lengah menghadapi pandemi COVID-19.
"Jadi dalam setahun terakhir ini tiba saatnya untuk mengevaluasi supaya sistem terpadu. Sudah saatnya evaluasi, instrospeksi, bukan cari kesalahan, tapi cari solusi. Virus mutasi, kita juga harus mutasi," ucapnya.
Dalam Hari Kesehatan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 7 April ini, Hindra mengingatkan akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, karena itu turut menjadi faktor dalam penanganan pandemi agar terkendali dengan baik.
"Semua ini sinyal dari Allah, karena kita tidak peduli dengan lingkungan kita," ucapnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi dan Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021
Tags: