Jakarta (ANTARA) - Digitalisasi rantai nilai global dapat mengurangi kemacetan logistik dan meningkatkan manajemen risiko, ujar Direktur Unit Dukungan Kebijakan di Asia-Pacific Economic Cooperation Dr. Denis Hew.

"Meskipun tren ke arah digitalisasi mendahului pandemi, solusi digital kini telah menjadi kebutuhan dan bukan pilihan bagi banyak perusahaan," ujar Denis Hew dalam webinar Rantai Nilai Global dalam “Normal Baru” Pasca-Pandemi, Rabu.

Namun, lanjut dia, untuk meningkatkan ketahanan rantai nilai ini, diperlukan pemikiran ulang tentang kebijakan seperti yang terkait dengan keamanan data dan manajemen sumber daya manusia."

Pandemi telah mempercepat digitalisasi baik untuk bisnis maupun pelanggan, lanjut dia, dengan aktivitas produksi dan distribusi yang digerakkan oleh teknologi serta layanan digital sekarang.

Seiring dengan semakin nyamannya pengguna dengan teknologi baru, ujar dia, "flight to digital" telah memberi kawasan ASEAN + 3 kesempatan langka untuk meningkatkan dan memperkuat perannya di rantai nilai global.

Kawasan ASEAN + 3 (China, Jepang, dan Korea) berada dalam posisi unik untuk tidak hanya memperjuangkan keterbukaan yang lebih besar, tetapi juga meningkatkan daya saingnya dalam Revolusi Industri Keempat.

Penyebaran penuh teknologi baru akan membutuhkan investasi berkelanjutan baik dalam infrastruktur keras maupun lunak untuk memperoleh manfaat penuh, kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Ekonom ASEAN+3 Macroeconomy Research Office (AMRO) Dr. Hoe Ee Khor mengatakan Indonesia dan negara ASEAN lainnya bersama China, Jepang, serta Korea (ASEAN+3) akan tetap menjadi lokasi yang sangat menarik untuk investasi rantai nilai global di dunia pasca pandemi.

Ia mengatakan kelas menengah di kawasan ini berkembang pesat dan menjadi lebih makmur.

"Sejumlah besar tenaga kerja meningkatkan kemampuan ekonomi digital," ujar Khor.

Baca juga: Erick Thohir dorong program digitalisasi rantai pasok logistik Baca juga: Terapkan digitalisasi, Pelindo II Pontianak turunkan biaya logistik