2 kapal pengangkut semen-minyak karam di perairan Sabu Raijua
7 April 2021 16:13 WIB
Ilustrasi - Sebuah kapal tanker karam di perairan Alor, NTT, pada Desember 2018 dalam pelayaran dari Dili, Timor Leste menuju Singapura. ANTARA/HO-Dinas Kelautan dan Perikanan NTT.
Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan dua kapal, masing-masing mengangkut semen dan minyak, hingga saat ini masih karam di perairan setempat akibat terseret gelombang laut yang tinggi.
"Kedua kapal ini sebelumnya hendak bersandar untuk melakukan bongkar muat di Pelabuhan Seba namun karena kondisi gelombang yang tinggi sehingga mereka menghindar dan terseret hingga karam," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sabu Raijua Javid Ndu Ufi ketika dihubungi dari Kupang, Rabu.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan dampak cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin kencang dan gelombang laut tinggi yang melanda wilayah Sabu Raijua terhadap aktivitas transportasi laut di daerah itu.
Ia menjelaskan gelombang tinggi yang terjadi pada Senin (5/4), di sekitar Pelabuhan Seba membuat kedua kapal tersebut tidak bisa bersandar sehingga memilih untuk menghindari tempat itu.
Baca juga: Kapal ASDP Kupang yang baru diresmikan tenggelam di Bolok
Namun demikian, ketika mengalihkan haluan untuk menghindar, lanjut dia, langsung terseret gelombang hingga karam di selatan Sabu Raijua.
"Kapal kemudian kandas di batu karang sehingga muatan aman dan hingga hari ini masih kandas," katanya.
Namun demikian, lanjut dia, kejadian yang menimpa kapal bermuatan semen berujung nahas karena mengakibatkan seorang dilaporkan meninggal setelah melompat dari kapal.
"Mungkin karena korban mau menyelamatkan diri sehingga melompat dari atas kapal saat kapal terseret gelombang namun meninggal dunia," katanya.
Javid menambahkan saat ini kedua kapal tersebut masih bertahan di lokasi karam sambil menunggu cuaca kondusif di laut.
"Memang kondisi ini berdampak juga karena kapal memuat minyak dan semen yang dibutuhkan masyarakat, tetapi kita hanya bisa menunggu hingga kondisi membaik dan kapal bisa bersandar untuk melakukan bongkar muat," katanya.
Baca juga: BPBD Sabu Raijua: Dua warga meninggal akibat bencana hidrometeorologi
Baca juga: Ratusan hektare sawah di Sabu Raijua terendam banjir
Baca juga: Korban jiwa akibat bencana alam di NTT bertambah jadi 124 orang
"Kedua kapal ini sebelumnya hendak bersandar untuk melakukan bongkar muat di Pelabuhan Seba namun karena kondisi gelombang yang tinggi sehingga mereka menghindar dan terseret hingga karam," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sabu Raijua Javid Ndu Ufi ketika dihubungi dari Kupang, Rabu.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan dampak cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin kencang dan gelombang laut tinggi yang melanda wilayah Sabu Raijua terhadap aktivitas transportasi laut di daerah itu.
Ia menjelaskan gelombang tinggi yang terjadi pada Senin (5/4), di sekitar Pelabuhan Seba membuat kedua kapal tersebut tidak bisa bersandar sehingga memilih untuk menghindari tempat itu.
Baca juga: Kapal ASDP Kupang yang baru diresmikan tenggelam di Bolok
Namun demikian, ketika mengalihkan haluan untuk menghindar, lanjut dia, langsung terseret gelombang hingga karam di selatan Sabu Raijua.
"Kapal kemudian kandas di batu karang sehingga muatan aman dan hingga hari ini masih kandas," katanya.
Namun demikian, lanjut dia, kejadian yang menimpa kapal bermuatan semen berujung nahas karena mengakibatkan seorang dilaporkan meninggal setelah melompat dari kapal.
"Mungkin karena korban mau menyelamatkan diri sehingga melompat dari atas kapal saat kapal terseret gelombang namun meninggal dunia," katanya.
Javid menambahkan saat ini kedua kapal tersebut masih bertahan di lokasi karam sambil menunggu cuaca kondusif di laut.
"Memang kondisi ini berdampak juga karena kapal memuat minyak dan semen yang dibutuhkan masyarakat, tetapi kita hanya bisa menunggu hingga kondisi membaik dan kapal bisa bersandar untuk melakukan bongkar muat," katanya.
Baca juga: BPBD Sabu Raijua: Dua warga meninggal akibat bencana hidrometeorologi
Baca juga: Ratusan hektare sawah di Sabu Raijua terendam banjir
Baca juga: Korban jiwa akibat bencana alam di NTT bertambah jadi 124 orang
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021
Tags: