Harga komoditas dasar naik, Mendag: RI masuki periode "supercycle"
6 April 2021 21:38 WIB
Dokumentasi. Tangkapan layar - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi. ANTARA/Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden/pri. (ANTARA/Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut bahwa Indonesia akan memasuki periode supercycle di masa pandemi COVID-19, yakni harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan.
"Indonesia akan memasuki periode supercycle, dimana harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan, terutama komoditas dasar, yang diakibatkan pertumbuhan ekonomi baru dari permintaan yang terjadi di masa pandemi dan setelah pandemi," kata Mendag lewat keterangannya diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, beberapa komoditas yang harganya naik dalam periode supercycle tersebut adalah minyak bumi, gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), bijih besi, dan tembaga.
Baca juga: Mendag: Target ekspor RI-RRT akan ditingkatkan tiga kali lipat
"Ini bukan kali pertama Indonesia menghadapi periode supercycle. Beberapa tahun lalu, Indonesia telah mengalaminya dan seperti periode sebelumnya, periode supercycle kali ini diharapkan juga akan membawa keberuntungan dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia," ujar Mendag.
Selain itu, ia menambahkan, terdapat beberapa hal lain yang juga akan menjadi tren perdagangan Indonesia dan mempengaruhi kinerja perekonomian nasional ke depan.
Tren pertama adalah munculnya investasi yang terjadi karena adanya pasar yang besar. Hal itu dapat dilihat melalui sektor otomotif, dimana pada sektor tersebut banyak muncul investasi yang disebabkan besarnya pasar otomotif di Indonesia.
Tren kedua, komoditas dasar Indonesia memberikan keunggulan komparatif yang baik karena mampu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang sangat bersaing.
Kondisi ini sudah dapat dilihat dari produksi baja stainless steel Indonesia, dimana Indonesia merupakan produsen kedua terbesar di dunia.
Baca juga: Mendag optimistis ekspor Indonesia tahun 2021 tumbuh 4 persen
Tren ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi, seperti perhiasan yang merupakan komoditas unggulan ekspor nonmigas Indonesia. Dengan sumber daya alam dan manusia yang saling mendukung, Indonesia mampu menghasilkan produk perhiasan berdaya saing di pasar dunia.
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki tersebut, lanjut Mendag, diharapkan nantinya akan banyak negara yang menjadi mitra dagang khusus Indonesia. Terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok.
"Negara-negara tersebut tak hanya sekedar menjadi mitra dagang, namun juga menjadi sumber investasi perekonomian nasional dengan produk-produk yang menjadi pilar utama ekspor nonmigas Indonesia," kata Mendag.
Baca juga: Mendag jamin tak ada impor beras saat petani panen raya
Baca juga: Mendag Lutfi jelaskan pernyataan Presiden soal benci produk impor
"Indonesia akan memasuki periode supercycle, dimana harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan, terutama komoditas dasar, yang diakibatkan pertumbuhan ekonomi baru dari permintaan yang terjadi di masa pandemi dan setelah pandemi," kata Mendag lewat keterangannya diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, beberapa komoditas yang harganya naik dalam periode supercycle tersebut adalah minyak bumi, gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), bijih besi, dan tembaga.
Baca juga: Mendag: Target ekspor RI-RRT akan ditingkatkan tiga kali lipat
"Ini bukan kali pertama Indonesia menghadapi periode supercycle. Beberapa tahun lalu, Indonesia telah mengalaminya dan seperti periode sebelumnya, periode supercycle kali ini diharapkan juga akan membawa keberuntungan dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia," ujar Mendag.
Selain itu, ia menambahkan, terdapat beberapa hal lain yang juga akan menjadi tren perdagangan Indonesia dan mempengaruhi kinerja perekonomian nasional ke depan.
Tren pertama adalah munculnya investasi yang terjadi karena adanya pasar yang besar. Hal itu dapat dilihat melalui sektor otomotif, dimana pada sektor tersebut banyak muncul investasi yang disebabkan besarnya pasar otomotif di Indonesia.
Tren kedua, komoditas dasar Indonesia memberikan keunggulan komparatif yang baik karena mampu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang sangat bersaing.
Kondisi ini sudah dapat dilihat dari produksi baja stainless steel Indonesia, dimana Indonesia merupakan produsen kedua terbesar di dunia.
Baca juga: Mendag optimistis ekspor Indonesia tahun 2021 tumbuh 4 persen
Tren ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi, seperti perhiasan yang merupakan komoditas unggulan ekspor nonmigas Indonesia. Dengan sumber daya alam dan manusia yang saling mendukung, Indonesia mampu menghasilkan produk perhiasan berdaya saing di pasar dunia.
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki tersebut, lanjut Mendag, diharapkan nantinya akan banyak negara yang menjadi mitra dagang khusus Indonesia. Terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok.
"Negara-negara tersebut tak hanya sekedar menjadi mitra dagang, namun juga menjadi sumber investasi perekonomian nasional dengan produk-produk yang menjadi pilar utama ekspor nonmigas Indonesia," kata Mendag.
Baca juga: Mendag jamin tak ada impor beras saat petani panen raya
Baca juga: Mendag Lutfi jelaskan pernyataan Presiden soal benci produk impor
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021
Tags: