Bahlil ungkap perjuangannya jadi pengusaha hingga Kepala BPKM
6 April 2021 20:25 WIB
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat hadir menjadi pembicara pada kuliah umum di STP-STKIP Hatta Sjahrir di Banda Naira, Maluku. (ANTARA/HO BKPM)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meyakinkan putra putri Banda, Maluku, kelak bisa menjadi pengusaha sukses seperti dirinya.
Hal itu dikemukakan Bahlil Lahadalia di hadapan 150 mahasiswa saat ia hadir menjadi pembicara pada kuliah umum di STP-STKIP Hatta Sjahrir di Banda Naira, Maluku.
"44 tahun lalu, seorang bayi laki-laki lahir di Desa Gunung Api Utara, di kampung Batu Angus. Bayi tersebut menyelesaikan sekolah dasar di Banda, lanjut ikut orang tua di Papua. Bertransformasi dari hidup susah, pernah menjadi kondektur dan sopir angkot, lalu bisa menjadi Ketua Umum HIPMI, yang baru kali itu berasal dari Timur. Kini, 44 tahun kemudian, dipercaya oleh Bapak Presiden untuk mengemban amanah menjadi Kepala BKPM. Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan," kisah Bahlil Lahadalia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Pantang menyerah sukses sebagai pengusaha
Bahlil pun mendorong mahasiswa untuk menjadi pengusaha yang sukses karena saat ini banyak sekali orang yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Ia mengatakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi COVID-19 dan lulusan perguruan tinggi yang bercita-cita menjadi karyawan atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) menyebabkan meningkatnya angka pengangguran.
"Mulai sekarang harus berpikir jadi entrepreneur, menjadi pengusaha yang mampu membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain," ujar Bahlil Lahadalia.
Ia mengatakan menjadi pengusaha sukses tidak harus harus anak orang kaya, anak pejabat, atau anak yang tinggal di Jakarta.
Baca juga: Jokowi buka rahasia sukses jadi pengusaha pada pensiunan
"Bapak dan Ibu saya bukan orang Jakarta, bukan juga pejabat dan bukan dari keluarga yang kaya. Ketika SD, saya harus pikul kelapa dari gunung api untuk membiayai uang sekolah saya. Ketika saya melanjutkan sekolah ke Papua, saya berjualan kue dari rumah ke rumah, dari hasil yang Ibu saya buat. Saya juga pernah menjual koran, menjadi kondektur dan sopir angkot. Tapi saya tidak pernah malu," ungkap Bahlil Lahadalia.
Menurut dia, menjadi pengusaha harus fokus, kerja keras, dan membuat jaringan seluas-luasnya.
"Yang dibutuhkan untuk modal sekarang bukan uang tapi cara berpikir. Bangun ide dan gagasan, bangun jaringan, cari investor, klop," kata Bahlil Lahadalia.
Baca juga: Bahlil: Investasi mulai merata ke luar Jawa, ini buktinya
Hal itu dikemukakan Bahlil Lahadalia di hadapan 150 mahasiswa saat ia hadir menjadi pembicara pada kuliah umum di STP-STKIP Hatta Sjahrir di Banda Naira, Maluku.
"44 tahun lalu, seorang bayi laki-laki lahir di Desa Gunung Api Utara, di kampung Batu Angus. Bayi tersebut menyelesaikan sekolah dasar di Banda, lanjut ikut orang tua di Papua. Bertransformasi dari hidup susah, pernah menjadi kondektur dan sopir angkot, lalu bisa menjadi Ketua Umum HIPMI, yang baru kali itu berasal dari Timur. Kini, 44 tahun kemudian, dipercaya oleh Bapak Presiden untuk mengemban amanah menjadi Kepala BKPM. Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan," kisah Bahlil Lahadalia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Pantang menyerah sukses sebagai pengusaha
Bahlil pun mendorong mahasiswa untuk menjadi pengusaha yang sukses karena saat ini banyak sekali orang yang membutuhkan lapangan pekerjaan.
Ia mengatakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi COVID-19 dan lulusan perguruan tinggi yang bercita-cita menjadi karyawan atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) menyebabkan meningkatnya angka pengangguran.
"Mulai sekarang harus berpikir jadi entrepreneur, menjadi pengusaha yang mampu membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain," ujar Bahlil Lahadalia.
Ia mengatakan menjadi pengusaha sukses tidak harus harus anak orang kaya, anak pejabat, atau anak yang tinggal di Jakarta.
Baca juga: Jokowi buka rahasia sukses jadi pengusaha pada pensiunan
"Bapak dan Ibu saya bukan orang Jakarta, bukan juga pejabat dan bukan dari keluarga yang kaya. Ketika SD, saya harus pikul kelapa dari gunung api untuk membiayai uang sekolah saya. Ketika saya melanjutkan sekolah ke Papua, saya berjualan kue dari rumah ke rumah, dari hasil yang Ibu saya buat. Saya juga pernah menjual koran, menjadi kondektur dan sopir angkot. Tapi saya tidak pernah malu," ungkap Bahlil Lahadalia.
Menurut dia, menjadi pengusaha harus fokus, kerja keras, dan membuat jaringan seluas-luasnya.
"Yang dibutuhkan untuk modal sekarang bukan uang tapi cara berpikir. Bangun ide dan gagasan, bangun jaringan, cari investor, klop," kata Bahlil Lahadalia.
Baca juga: Bahlil: Investasi mulai merata ke luar Jawa, ini buktinya
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: