Beijing (ANTARA News) - Dinas bantuan bencana alam China meningkatkan peringkat darurat dari empat menjadi tiga, Sabtu, ketika banjir melanda China selatan dan menewaskan 88 orang, pada saat badan prakiraan cuaca menyatakan hujan akan terus turun pada beberapa hari mendatang.
Kementerian Bidang Sipil dan Komisi Bantuan Bencana Negara membuat keputusan tersebut, demikian laporan Xinhua-OANA.
Pada pukul 10:00 Sabtu, hujan deras mulai mengguyur wilayah China selatan sampai Ahad, menyebabkan 88 orang tewas dan 48 hilang, dan terpaksa mengungsikan 757.000 penduduk dari rumah-rumah mereka, kata Kementerian Bidang Sipil dalam pernyataannya.
Sekitar 9,27 juta orang di Fujian, Zhejiang, Guangdong, Hunan, Jiangxi, Guangxi, Guizhou dan Sichuan dilanda hujan deras, kata kementerian itu.
Hujan deras yang menyebabkan banjir itu menimbulkan kerugian ekonomi langsung senilai 10 miliar yuan (sekitar 1,46 miliar dolar AS).
Dewan Negara telah mengirimkan tim-tim pekerja ke daerah-daerah yang dilanda banjir di Fujian, untuk memandu para petugas pertolongan bencana.
Tim itu dipimpin oleh Wakil Menteri Bidang Sipil, Sun Shaocheng, dan para pejabat yang berkaitan dari tujuh kementerian.
Pusat Meteorologi Nasional Sabtu juga menegaskan kembali seruannya waspada badai Orange - yang merupakan tingkat kedua terbesar, seruan pertama dikeluarkan Jumat.
Dalam seruan itu, mereka memperingatkan hujan masih akan terus berlangsung dan sangat mungkin menjadi badai berat, seperti yang diduga melanda China selatan beberapa hari mendatang.
Hujan deras juga memicu terjadinya tanah longsor di wilayah China selatan dan timur, yang Ahad sedikitnya telah menewaskan 46 orang, menurut para pejabat daerah.
Jumlah korban tewas akibat tanah longsor di provinsi timur Fujian meningkat menjadi 36, pada Sabtu petang, pada saat lima jenazah lagi ditemukan dari tumpukan tanah longsor di kota kecil Ninghua, Sanming City.
(Uu.H-AK/B002/P003)
Hujan Deras di China Tewaskan 88 Orang
20 Juni 2010 12:37 WIB
Sebuah mobil dikendarai melalui jalan banjir di Yingtan, Provinsi Jiangxi, China, Sabtu (19/6). (ANTARA/REUTERS/Stringer)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010
Tags: