Jakarta (ANTARA News) - Indonesia selama tiga tahun terakhir menerima pinjaman program terkait dengan program perubahan iklim hingga mencapai 1,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

"Total pinjaman program perubahan iklim atau CCPL mencapai 1,9 miliar dolar AS," kata Direktur Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Maurin Sitorus, di Gedung AA Maramis Kemenkeu, Jakarta, Kamis.

Maurin merinci, jumlah 1,9 miliar dolar AS itu terdiri dari total pinjaman dari Perancis sebesar 800 juta dolar AS, Jepang 900 juta dolar AS, dan dari Bank Dunia senilai 200 juta dolar AS.

Maurin mengungkapkan, tiga kreditur itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) juga sudah menyatakan keinginannya untuk bergabung memberikan pinjaman program perubahan iklim kepada Indonesia.

"ADB mungkin mulai bergabung 2011, belum ada komitmen, mereka baru menyatakan ketertarikan kepada program CCPL di Indonesia," katanya.

Lebih lanjut Maurin menjelaskan bahwa pinjaman CCPL masuk ke dalam pinjaman program dan bukan ke dalam pinjaman proyek.

"Uang ini nanti masuk ke kas negara untuk menutup defisit APBN. Kalau pemerintah perlu tinggal ngambil dari sini. Dana itu tidak ditujukan khusus untuk suatu proyek/kegiatan tertentu," katanya.

Ia menyebutkan, kreditur memberikan pinjaman dengan persyaratan lunak karena pemerintah memiliki policy matrix terkait perubahan iklim.

"Kita dapat reward saja karena kita punya program yang bagus, kontrolnya hanya di kebijakan yang ditempuh pemerintah, apa sudah ditempuh atau belum," katanya.

CCPL terakhir yang ditandatangani Indonesia adalah dari Prancis dengan jumlah sebesar 300 juta dolar AS.

"Pinjaman ini merupakan pinjaman dengan special rate atau lebih murah dibanding lain. Tenor pinjaman selama 15 tahun dengan grace periode lima tahun," kata Maurin.
(T.A039/R010/P003)