Puan minta pemerintah maksimal cari korban banjir di NTT
5 April 2021 13:49 WIB
Rumah penduduk di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur hancur akibat diterjang banjir bandang berupa lahar dingin dari kawasan puncang Gunung Ile Lewotolok, Minggu (4/4). (Antara/ HO Dinas Kominfo Kabupaten Lembata)
Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan duka cita terjadinya bencana banjir bandang di Nusa Tenggara Timur, Senin (5/4) dan meminta pemerintah maksimal dalam proses pencarian korban dan penanganan kedaruratan, serta waspadai bencana susulan.
Dia menilai koordinasi penanganan banjir di NTT harus melibatkan tim SAR di Flores dan di Provinsi NTT, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), BPBD, TNI-Polri, serta pemerintah daerah.
"Terus lakukan pencarian korban. Koordinasi semua kekuatan SAR, dan tim SAR terdekat seperti di Bali dan NTB diharapkan membantu pencarian korban," kata Puan dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Baca juga: DPR sampaikan duka atas musibah banjir di NTT
Baca juga: Akibat banjir bandang di NTT, BNPB laporkan 41 orang meninggal dunia
Dia meminta penanganan kondisi darurat juga harus dilakukan dengan penyediaan obat dan makanan, trauma healing, penanganan masyarakat rentan, seperti lansia, anak-anak, difabel atau berkebutuhan khusus, serta mengantisipasi bencana susulan.
Puan meminta pemerintah mengerahkan sumber daya daerah dan pusat, serta kerahkan kekuatan dari BPBD, TNI, Polri, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan untuk melaksanakan tanggap darurat.
"Mitigasi bencana ditingkatkan, masyarakat dan Pemda serta BNPB setempat diharap waspada cuaca ekstrem,” ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu meminta pihak-pihak terkait mencari penyebab banjir bandang sehingga tidak terjadi lagi di masa mendatang.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis adanya dua bibit siklon tropis yang dapat berdampak pada cuaca ekstrem.
Salah satunya potensi curah hujan deras dan angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada sepekan ini, 3–9 April 2021. Hingga hari ini, Senin (5/4), terjadi banjir bandang di wilayah NTT.
Baca juga: Kepala BNPB Doni Monardo kunjungi lokasi banjir bandang di NTT
Baca juga: Kemensos salurkan bantuan senilai Rp2,6 miliar ke NTT
Baca juga: Kemensos salurkan bantuan senilai Rp2,6 miliar ke NTT
Dia menilai koordinasi penanganan banjir di NTT harus melibatkan tim SAR di Flores dan di Provinsi NTT, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), BPBD, TNI-Polri, serta pemerintah daerah.
"Terus lakukan pencarian korban. Koordinasi semua kekuatan SAR, dan tim SAR terdekat seperti di Bali dan NTB diharapkan membantu pencarian korban," kata Puan dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Baca juga: DPR sampaikan duka atas musibah banjir di NTT
Baca juga: Akibat banjir bandang di NTT, BNPB laporkan 41 orang meninggal dunia
Dia meminta penanganan kondisi darurat juga harus dilakukan dengan penyediaan obat dan makanan, trauma healing, penanganan masyarakat rentan, seperti lansia, anak-anak, difabel atau berkebutuhan khusus, serta mengantisipasi bencana susulan.
Puan meminta pemerintah mengerahkan sumber daya daerah dan pusat, serta kerahkan kekuatan dari BPBD, TNI, Polri, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan untuk melaksanakan tanggap darurat.
"Mitigasi bencana ditingkatkan, masyarakat dan Pemda serta BNPB setempat diharap waspada cuaca ekstrem,” ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu meminta pihak-pihak terkait mencari penyebab banjir bandang sehingga tidak terjadi lagi di masa mendatang.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis adanya dua bibit siklon tropis yang dapat berdampak pada cuaca ekstrem.
Salah satunya potensi curah hujan deras dan angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada sepekan ini, 3–9 April 2021. Hingga hari ini, Senin (5/4), terjadi banjir bandang di wilayah NTT.
Baca juga: Kepala BNPB Doni Monardo kunjungi lokasi banjir bandang di NTT
Baca juga: Kemensos salurkan bantuan senilai Rp2,6 miliar ke NTT
Baca juga: Kemensos salurkan bantuan senilai Rp2,6 miliar ke NTT
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: