Libur panjang, Satgas ingatkan masyarakat masih hidup bersama COVID-19
1 April 2021 21:44 WIB
Koordinator Tim Supervisi PPKM Skala Mikro Koesmedi Priharto dalam gelar wicara di Graha BNPB Jakarta, Kamis (1/4/2021). ANTARA/Tangkapan layar Youtube BNPB Indonesia.
Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengingatkan masyarakat agar sadar bahwa masih hidup bersama virus SARS-CoV-2 jelang memasuki masa libur panjang.
Koordinator Tim Supervisi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro Koesmedi Priharto mengatakan jika semua orang sadar berbudaya hidup bersama COVID-19, penyebaran virus dapat terkendali.
"Kalau orang sadar bahwa kinj hidup dengan COVID-19, harusnya bisa. Masyarakat kita menuju kesana," ujar Koesmedi dalam gelar wicara di Graha BNPB Jakarta, Kamis.
Ketua Subbidang Tracing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 itu mengatakan sadar berbudaya hidup dengan COVID-19 dapat dilakukan dengan diam dan tidak berlama-lama saat makan di restoran, maupun tidak terlalu sering mengadakan acara kumpul. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat kegiatan karantina saat terpapar COVID-19 menjadi menyenangkan.
Baca juga: Pemkab Sleman lakukan pembatasan bepergian bagi ASN pada 1-4 April
Baca juga: Satgas imbau pemda antisipasi kerumunan jelang libur Paskah
Dia juga mencontohkan kegiatan karantina tidak harus membuat seseorang harus terkurung. Misalnya ada seorang petani di desa yang terpapar, dia hanya perlu bekerja sendiri, mengurangi intensitas berbicara di luar, menjaga jarak dengan orang lain sejauh 2-3 meter, dan menikmati makanan di dalam rumah.
Bahkan untuk orang yang datang berlibur dari luar wilayah masyarakat, perlu diimbau untuk melakukan karantina mandiri seperti halnya pendatang dari luar negara.
Untuk mewujudkan hal tersebut, melalui PPKM Mikro Koesmedi menilai perlu perkuatan komunitas kecil untuk saling memberikan info jika ada dugaan paparan COVID-19.
"Komunitas kecil harus diperkuat untuk memberikan informasi jika di tengah masyarakat ada yang positif. Sekarang namanya pemberdayaan masyarakat, tokoh agama, tokoh Desa, Babinsa, BhabinKamtibmas, PKK, karang taruna, kita turunkan semua," ujar dia.
Koesmedi mengingatkan meski angka penularan COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir terus menurun, namun penurunan tersebut bukanlah yang terendah. Sehingga masyarakat diminta tetap waspada, terutama dengan adanya mutasi virus.
Misalnya yang terjadi di sejumlah negara dunia yang pada akhirnya menerapkan karantina wilayah lantaran mutasi virus Corona B117 yang penularannya sangat cepat.
"Kita sudah masuk (virus) itu, tapi Alhamdulillah belum kemana-mana. Saya berharap teman-teman jangan lepas dulu. Namanya virus, kita tidak tahu sudah mutasi atau tidak, tetap menjaga dengan hidup berdampingan dengan COVID-19," kata dia.*
Baca juga: Satgas sebut libur panjang kerap disertai peningkatan jumlah kasus
Baca juga: Satgas COVID-19 ingatkan libur panjang cenderung naikkan kasus aktif
Koordinator Tim Supervisi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Skala Mikro Koesmedi Priharto mengatakan jika semua orang sadar berbudaya hidup bersama COVID-19, penyebaran virus dapat terkendali.
"Kalau orang sadar bahwa kinj hidup dengan COVID-19, harusnya bisa. Masyarakat kita menuju kesana," ujar Koesmedi dalam gelar wicara di Graha BNPB Jakarta, Kamis.
Ketua Subbidang Tracing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 itu mengatakan sadar berbudaya hidup dengan COVID-19 dapat dilakukan dengan diam dan tidak berlama-lama saat makan di restoran, maupun tidak terlalu sering mengadakan acara kumpul. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat kegiatan karantina saat terpapar COVID-19 menjadi menyenangkan.
Baca juga: Pemkab Sleman lakukan pembatasan bepergian bagi ASN pada 1-4 April
Baca juga: Satgas imbau pemda antisipasi kerumunan jelang libur Paskah
Dia juga mencontohkan kegiatan karantina tidak harus membuat seseorang harus terkurung. Misalnya ada seorang petani di desa yang terpapar, dia hanya perlu bekerja sendiri, mengurangi intensitas berbicara di luar, menjaga jarak dengan orang lain sejauh 2-3 meter, dan menikmati makanan di dalam rumah.
Bahkan untuk orang yang datang berlibur dari luar wilayah masyarakat, perlu diimbau untuk melakukan karantina mandiri seperti halnya pendatang dari luar negara.
Untuk mewujudkan hal tersebut, melalui PPKM Mikro Koesmedi menilai perlu perkuatan komunitas kecil untuk saling memberikan info jika ada dugaan paparan COVID-19.
"Komunitas kecil harus diperkuat untuk memberikan informasi jika di tengah masyarakat ada yang positif. Sekarang namanya pemberdayaan masyarakat, tokoh agama, tokoh Desa, Babinsa, BhabinKamtibmas, PKK, karang taruna, kita turunkan semua," ujar dia.
Koesmedi mengingatkan meski angka penularan COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir terus menurun, namun penurunan tersebut bukanlah yang terendah. Sehingga masyarakat diminta tetap waspada, terutama dengan adanya mutasi virus.
Misalnya yang terjadi di sejumlah negara dunia yang pada akhirnya menerapkan karantina wilayah lantaran mutasi virus Corona B117 yang penularannya sangat cepat.
"Kita sudah masuk (virus) itu, tapi Alhamdulillah belum kemana-mana. Saya berharap teman-teman jangan lepas dulu. Namanya virus, kita tidak tahu sudah mutasi atau tidak, tetap menjaga dengan hidup berdampingan dengan COVID-19," kata dia.*
Baca juga: Satgas sebut libur panjang kerap disertai peningkatan jumlah kasus
Baca juga: Satgas COVID-19 ingatkan libur panjang cenderung naikkan kasus aktif
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: