Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Mesir memperingati 63 hubungan diplomatik kedua negara dengan menggelar sebuah perayaan bertajuk “Malam Indonesia-Mesir” di Cairo Opera House, tempat pertunjukan termegah Cairo, Mesir, Jumat malam (11/6).

Siran pers KBRI Cairo yang diterima ANTARA, Minggu, menyebutkan, lebih dari 1000 undangan yang terdiri dari unsur pemerintahan, akademisi,budayawan dan berbagai kalangan lainnya memadati Cairo Opera House. Menteri Kebudayaan Mesir, Farouk Hosny, dan Menteri Pendidikan Tinggi Mesir, Hany Hilal hadir mewakili pemerintah Mesir.

Tampak hadiri Ketua Lembaga Persahabatan Mesir-Indonesia, Said Imarah, Ketua Egyptian-Indonesian Business Council, Mohamed Baraka serta wakil keluarga mantan Sekjen Liga Arab, Azzam Pasha yang berperan dalam upaya perolehan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir dan negara-negara Timur Tengah juga turut hadir dalam Malam Indonesia-Mesir ini.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) RI, Syarifudin Hasan yang sedang berada di Mesir dalam rangka penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Menteri Kerja Sama Internasional Mesir, juga hadir pada acara tersebut.

Pada pembukaan Malam Indonesia-Mesir ini Duta Besar RI untuk Mesir, AM Fachir dan Menteri Kebudayaan Mesir, Farouk Hosny menyampaikan sambutan yang mana keduanya menadaskan arti penting hubunga kedua bangsa dan negara.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Mesir telah berlangsung selama 63 tahun sejak kedua negara menandatangani Treaty of Friendship and Cordiality pada 10 Juni 1947. Mesir bukan hanya menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, tapi juga telah mendorong negara-negara Arab lainnya untuk turut mengakui kemerdekaan Indonesia.

Dua kegiatan utama pada acara Malam Indonesia-Mesir ini adalah peluncuran buku rangkuman sejarah hubungan Indonesia-Mesir yang berjudul “Jauh di Mata Dekat di Hati: Potret Hubungan Bilateral Indonesia-Mesir” dan pagelaran budaya dua bangsa.

Buku yang disusun oleh Duta Besar RI untuk Mesir, A.M. Fachir mulai dilakukan sejak tahun 2008. Buku ini mencatat sejarah perjalanan hubungan kedua bangsa dan negara sejak jauh sebelum kemerdekaan Indonesia sampai dengan hubungan kedua negara di bawah Presiden Hosny Mubarak dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada awal 2010 dan pada momentum peringatan 63 tahun hubungan diplomatik kedua negara ini, KBRI meluncurkan versi bahasa Arab.

Sambutan yang diberikan oleh berbagai kalangan di Mesir pada buku ini sangat besar. Hal ini salah satunya terefleksikan dalam kata sambutan Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Aboul Gheit pada buku dalam versi bahasa Arab. Secara simbolis, buku versi bahasa Arab tersebut tersebut diserahkan kepada para tokoh kunci Mesir yang hadir dalam Malam Indonesia-Mesir tersebut.

Pada pagelaran budaya kedua bangsa, berbagai suguhan budaya yang mencerminkan dinamika dan ikatan emosional kedua bangsa ditampilkan dalam berbagai bentuknya, mulai dari tari-tarian sampai dengan kolaborasi musisi kedua negara.

Salah satu tampilan utama adalah permainan angklung masal oleh undangan yang menghadiri acara. Tampilan angklung masal ini dipandu oleh Kang Dinda, maestro angklung yang didatangkan langsung dari Indonesia. Pagelaran angklung masal ini dapat terselengara atas dukungan penuh dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.

Undangan yang sebagian besar belum pernah memainkan bahkan melihat angklung ini dengan sangat antusias mengikuti arahan dari maestro angklung. Berbagai lagu mulai dari lagu-lagu anak-anak sampai dengan lagu “You Raise Me Up” yang dipopuleri oleh Josh Groban dengan meriah dimainkan bersama-sama oleh lebih dari 1000 hadirin.

Puncak suguhan seni pada malam itu adalah kolaborasi musisi Indonesia yaitu kelompok akapela Dai Nada yang sudah terkenal di Mesir dengan Cairo Opera House Choir dan kelompok musik Samaa.

Musik angklung memeriahkan tampilan kolaborasi ini. Berbagai lagu kebangsaan kedua negara termasuk lagu "Indonesia Tanah Air Beta" dan "Gebyar-Gebyar" dinyanyikan dengan penuh gelora oleh para hadirin. Penampilan memukau seluruh penampil diakhiri dengan standing applause para undangan yang memadati Cairo Opera House.

Semaraknya Peringatan 63 Tahun Hubungan Diplomatik RI-Mesir tersebut diharapkan dapat menjadi pemacu semangat berbagai elemen kedua bangsa untuk terus meningkatkan hubungan kedua negara dalam berbagai bidang dan juga untuk menguatkan ikatan emosional yang dimiliki masyarakat kedua bangsa.

Kedua negara saat ini memiliki hubungan baik yang tercermin antara lain dari intensifnya pertukaran kunjungan pejabat kedua negara, kesamaan persepsi mengenai isu-isu internasional serta masalah-masalah regional yang menjadi perhatian bersama dan terus meningkatnya kerja sama perdagangan kedua negara di berbagai bidang.

Di bidang perdagangan, angka perdagangan kedua negara pada tahun 2008 saja sudah berhasil menembus angka 1 miliar dolar AS, sebuah nilai perdagangan yang sebetulnya baru ditargetkan untuk dicapai pada 2010.

Di bidang pendidikan, saat ini mahasiswa Indonesia di Mesir telah berjumlah sekitar 5000 yang mayoritas belajar ilmu-ilmu agama di Universitas al-Azhar.

Hubungan baik kedua negara tersebut dilandaskan pada kesamaan pandangan mengenai hak atas kemerdekaan setiap bangsa dan sikap anti kolonialisme yang dipegang teguh keduanya.

Semangat anti kolonialisme itu pula lah yang kemudian mendorong pemimpin kedua negara, Presiden Sukarno dan Presiden Gammal Abdul Nasser untuk melahirkan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955 yang menjadi embrio pembentukan Gerakan Non Blok pada tahun 1961, demikian siaran pers KBRI Cairo.(*)
(Ant/R009)