Mataram (ANTARA) - Perum Bulog Wilayah Nusa Tenggara Barat memperkirakan perputaran uang di desa dari pembelian gabah petani mencapai Rp10 miliar per hari sehingga bisa menggerakkan ekonomi masyarakat perdesaan di tengah pandemi COVID-19.

"Rata-rata gabah kering giling yang masuk ke gudang sudah mencapai 2.000 ton per hari dengan harga pembelian Rp5.300 per kilogram," kata Pimpinan Wilayah Bulog NTB Abdul Muis Sayyed Ali, di Mataram, Rabu.

Ia menyebutkan target pembelian gabah pada 2021 sebanyak 180 ribu ton, sehingga jika ditotal uang Bulog yang akan beredar di NTB mencapai Rp954 miliar selama satu tahun.

Namun, jika disetarakan dengan target pembelian beras sebanyak 127 ribu ton dengan harga Rp8.300 per kilogram, maka perputaran uang bisa mencapai Rp1,05 triliun pada 2021.


Baca juga: Bulog diminta tingkatkan penyerapan gabah petani


"Itu jumlah uang yang relatif tidak sedikit. Dan itu adalah sebuah hal yang sangat positif bagi Bulog tetap bisa hadir menggerakan ekonomi rakyat di tengah pandemi," ujarnya.

Menurut Muis, perputaran uang yang nilainya relatif besar tersebut tidak hanya dinikmati oleh para petani, tetapi para buruh tani, buruh penggilingan padi, dan pengusaha penggilingan padi yang ada di desa juga bisa menikmatinya.

Selain itu, para pekerja di sektor transportasi juga mendapat imbas. Sebab, distribusi gabah mulai dari sawah hingga ke gudang Bulog membutuhkan angkutan kendaraan bermotor.

"Makanya salah satu sektor yang paling tidak terkena dampak pandemi COVID-19 adalah sektor pertanian, dan peran Bulog juga ada di dalamnya," ucapnya.


Baca juga: Petani Sumsel unjuk rasa desak Bulog serap hasil panen


Bulog NTB, lanjut dia, memanfaatkan momen panen raya pada April 2021 untuk mencapai target sebanyak 80.000 ton setara beras, sehingga sisa target sebesar 47 ribu ton akan dikejar pada musim tanam kedua.

Untuk mencapai target tersebut, kata dia, pihaknya menambah jumlah mitra pengadaan. Saat ini, sudah ada sebanyak 150 pengusaha penggilingan yang terdaftar menjadi mitra pengadaan Bulog Wilayah NTB.

Pihaknya juga sudah membentuk satuan tugas (satgas) pengadaan gabah dan beras di setiap kabupaten/kota. Anggota satgas merupakan pegawai Bulog yang turun ke lapangan untuk melakukan pembelian langsung di petani.

"Kami juga perlu dukungan berbagai pihak, khususnya forum komunikasi pimpinan daerah untuk mendukung upaya Bulog dalam memupuk stok pangan nasional," kata Muis.


Baca juga: Ganjar dapati serapan gabah petani rendah saat cek gudang Bulog

Baca juga: Perkuat stok, Bulog serap beras medium dari Aceh 500 ton

Baca juga: Bulog NTB gandeng 80 mitra serap 115.000 ton gabah