ITAGI: Vaksin Sinovac tetap efektif pada interval penyuntikan 28 hari
31 Maret 2021 16:48 WIB
Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro (kanan) saat memberikan pemaparan pada acara daring Dialog Produktif Rabu Utama bertajuk “Partisipasi Lansia, Tugas Bersama”, Rabu (31/3/2021). (ANTARA/Andi Firdaus)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro mengemukakan interval penyuntikan dosis selama 28 hari tidak akan mengurangi efektivitas vaksin Sinovac.
"Dalam proses uji klinis vaksin Sinovac fase pertama, kedua dan ketiga di China, mereka membagi ke dalam dua kelompok, kelompok usia 18-59 tahun dan kelompok di atas usia 60 tahun," katanya dalam acara daring Dialog Produktif Rabu Utama bertajuk “Partisipasi Lansia, Tugas Bersama” yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Sri mengatakan peneliti kemudian membagi kelompok usia peserta dengan interval penyuntikan selama 14 hari dan interval 28 hari dari dosis pertama dan kedua.
Ternyata di dalam hasil penelitian fase dua, kata Sri, imunogenisitas kelompok usia 18-59 tahun tidak mengalami perbedaan meski interval penyuntikan dilakukan dengan interval 28 hari.
Baca juga: Jakpro gelar vaksinasi untuk 810 pegawai
Baca juga: Vidya Rafika akui makin semangat setelah divaksin COVID-19
Imunogenisitas merupakan kemampuan suatu vaksin dalam memicu respons imun dari tubuh manusia.
"Tetapi pada lansia jelas intervalnya harus 28 hari," katanya.
Sri mengatakan interval penyuntikan vaksin pada kelompok usia 18-59 tahun di Indonesia awalnya diputuskan selama 14 hari dengan pertimbangan masa darurat pandemi.
"Kalau yang muda ini dalam situasi darurat, silakan pakai yang 14 hari, karena kita harus secepatnya. Nanti kalau untuk yang rutin sebaiknya pakai yang interval 28 hari.
Lansia diharapkan pakai yang 28 hari," katanya.
Sri mengatakan, saat program vaksinasi COVID-19 menyasar kelompok medis, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menentukan interval penyuntikan selama 14 hari dapat dilakukan sebab kondisi darurat.
"Waktu itu belum ada yang indikasi untuk lansia. Begitu Sinovac diketahui bagus, kita pakai juga untuk lansia. Saat itu terjadi juga kebingungan masyarakat, kenapa yang satu 14 hari, tapi yang satu lagi 28 hari (interval dosis penyuntikan)," katanya.
Setelah dievaluasi pada kurun Januari hingga Maret 2021, kata Sri, ITAGI pun mengambil kesimpulan agar interval penyuntikannya disampaikan menjadi 28 hari.
"Mulai April 2021, kita pakai yang 28 hari, itu memang ada dasarnya dari uji klinik yang dilakukan di China, Beijing dan Brazil oleh Sinovac," katanya.*
Baca juga: Kemenkes: Keluarga penentu penting keputusan lansia ikut vaksinasi
Baca juga: Muhammadiyah dorong pemerintah percepat distribusi vaksin
"Dalam proses uji klinis vaksin Sinovac fase pertama, kedua dan ketiga di China, mereka membagi ke dalam dua kelompok, kelompok usia 18-59 tahun dan kelompok di atas usia 60 tahun," katanya dalam acara daring Dialog Produktif Rabu Utama bertajuk “Partisipasi Lansia, Tugas Bersama” yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Sri mengatakan peneliti kemudian membagi kelompok usia peserta dengan interval penyuntikan selama 14 hari dan interval 28 hari dari dosis pertama dan kedua.
Ternyata di dalam hasil penelitian fase dua, kata Sri, imunogenisitas kelompok usia 18-59 tahun tidak mengalami perbedaan meski interval penyuntikan dilakukan dengan interval 28 hari.
Baca juga: Jakpro gelar vaksinasi untuk 810 pegawai
Baca juga: Vidya Rafika akui makin semangat setelah divaksin COVID-19
Imunogenisitas merupakan kemampuan suatu vaksin dalam memicu respons imun dari tubuh manusia.
"Tetapi pada lansia jelas intervalnya harus 28 hari," katanya.
Sri mengatakan interval penyuntikan vaksin pada kelompok usia 18-59 tahun di Indonesia awalnya diputuskan selama 14 hari dengan pertimbangan masa darurat pandemi.
"Kalau yang muda ini dalam situasi darurat, silakan pakai yang 14 hari, karena kita harus secepatnya. Nanti kalau untuk yang rutin sebaiknya pakai yang interval 28 hari.
Lansia diharapkan pakai yang 28 hari," katanya.
Sri mengatakan, saat program vaksinasi COVID-19 menyasar kelompok medis, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menentukan interval penyuntikan selama 14 hari dapat dilakukan sebab kondisi darurat.
"Waktu itu belum ada yang indikasi untuk lansia. Begitu Sinovac diketahui bagus, kita pakai juga untuk lansia. Saat itu terjadi juga kebingungan masyarakat, kenapa yang satu 14 hari, tapi yang satu lagi 28 hari (interval dosis penyuntikan)," katanya.
Setelah dievaluasi pada kurun Januari hingga Maret 2021, kata Sri, ITAGI pun mengambil kesimpulan agar interval penyuntikannya disampaikan menjadi 28 hari.
"Mulai April 2021, kita pakai yang 28 hari, itu memang ada dasarnya dari uji klinik yang dilakukan di China, Beijing dan Brazil oleh Sinovac," katanya.*
Baca juga: Kemenkes: Keluarga penentu penting keputusan lansia ikut vaksinasi
Baca juga: Muhammadiyah dorong pemerintah percepat distribusi vaksin
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: