Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mendorong perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) sebagai bentuk kebutuhan masyarakat lewat edukasi secara berulang di berbagai tataran kehidupan masyarakat.

"Kita perlu menciptakan CTPS ini jadi kebutuhan di masyarakat. Edukasi bisa dimulai sejak usia dini di Taman Kanak-Kanak (TK) dan perlu di ulang secara terus menerus," kata Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Imran Agus Nurali, dalam kegiatan buku edukasi CTPS yang disiarkan secara daring, Rabu.

Imran mengatakan informasi yang benar perlu disampaikan secara berulang kepada masyarakat, khususnya di era keterbukaan informasi publik yang rawan dengan kabar bohong.

Selama masa pandemi, kata Imran, informasi seputar CTPS perlu disampaikan di tingkat lembaga pendidikan serta tempat umum maupun fasilitas publik.

"Kita melakukan CTPS tidak hanya saat pandemi, di luar pandemi juga (informasi) penggunaan masker di berjalan. CTPS sesuatu yang sangat dibutuhkan sebelum pandemi, bahkan saat pandemi juga," katanya.

Untuk itu Kemenkes sedang mendorong agar program CTPS menjadi suatu kebutuhan. Salah satunya melalui edukasi pendidikan sejak dini agar sampai dewasa menjadi kebiasaan.

Imran mengemukakan CTPS merupakan upaya menekan angka penularan COVID-19, selain itu dapat juga mengantisipasi penularan penyakit lain yang bisa dibawa ke dalam tubuh tanpa aktivitas mencuci tangan, seperti diare, rabies, hepatitis, ISPA dan sebagainya.

"Waktu cuci tangan yang ideal dilakukan setelah buang air besar, sebelum makan, setelah beraktivitas. Tiga hal ini di sekolah cocok sekali," katanya.

Baca juga: Kemenag : Disiplin cuci tangan diterapkan pesantren cukup tinggi

Baca juga: PPHI: Cuci tangan pakai sabun cegah proses penularan Hepatitis A


Pada acara yang sama, Water for Women Project Manager, Yayasan Plan International Indonesia, Silvia Landa, mengatakan pandemi COVID-19 telah menimbulkan kembali kesadaran akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun.

Walaupun sudah genap satu tahun pandemik, kata Silvia, namun belum seluruh masyarakat menerapkan praktik ini dengan baik.

"Sehingga dibutuhkan panduan yang yang tepat dan terkait dengan COVID-19 untuk dapat membuat perilaku cuci tangan pakai sabun menjadi kebiasaan sehari-hari yang akhirnya dapat mengurangi mengurangi angka kasus COVID-19 maupun penyakit lainnya," katanya.

Yayasan Plan International Indonesia bersama otoritas terkait dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan meluncurkan buku bertajuk "Panduan Pemicuan Perubahan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah/Madrasah dan Masyarakat”.

Buku panduan tersebut diharapkan tidak hanya untuk memicu perubahan perilaku namun juga untuk membantu melengkapi berbagai dokumen yang sudah ada, seperti panduan pemicuan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di komunitas.

Baca juga: Masyarakat ditantang buat video singkat cara cuci tangan

Baca juga: PMI Kota Sukabumi kampanyekan pentingnya mencuci tangan