Yogyakarta (ANTARA) - Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan vaksinasi massal tahap pertama untuk para dosen, tenaga kependidikan, serta purna tugas dengan jumlah total 1.939 orang di Auditorium K.H. Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Yogyakarta, Selasa.

Vaksinasi massal itu juga ditujukan untuk 300 orang lansia yang berdomisili di sekitar kampus UII.

"Kita ingin berkontribusi sebagai universitas yang 'rahmatan lil alamin', jadi warga sekitar UII juga punya kesempatan untuk ikut vaksin, dengan memenuhi ketentuan dan prasyarat dari Dinas Kesehatan Sleman," kata Wakil Rektor Bidang Sumber Daya dan Pengembangan Karier UII Zaenal Arifin.

Baca juga: Guru Besar UII: Teknologi nano jadi solusi efektif pengobatan COVID-19

Baca juga: Guru Besar UII sebut tanaman obat COVID-19 ada dalam Al Quran


Menurut Zaenal, program vaksinasi massal itu semakin menambah optimistis persiapan aktivitas luring yang telah direncanakan di Kampus UII. Sesuai rencana kerja dan anggaran tahunan UII, aktivitas luring dimulai pada semester depan.

"Itu akan kita fasilitasi. Jadi secara fisik kita akan siapkan. Meskipun tidak mungkin luringnya seperti sebelum pandemi, mungkin kita akan coba dulu 20 persen yang memang wajib di sana," ujar dia.

Pembukaan aktivitas luring, lanjut Zaenal, akan dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan sesuai standar dengan harapan tetap menekan angka penyebaran COVID-19, meski sebagian dari sivitas akademika UII telah mendapat vaksin.

"Mungkin sedikit lebih aman karena mayoritas warga UII sudah divaksin, yang jadi problem adalah mahasiswa yang belum divaksin, ini akan kita perhatikan dengan baik agar tidak menjadi masalah," kata dia.

Dekan Fakultas Kedokteran UII dr. Linda Rosita mengatakan meskipun telah mengikuti vaksinasi, protokol kesehatan harus tetap diperhatikan yang mencakup 5M, yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, serta mengurangi berpergian.

Menurut Linda Rosita, menghindari kerumunan juga menjadi perhatian pada pelaksanaan program vaksinasi UII. "Poin ini harus ditegakkan karena potensi penularan bisa sangat tinggi pada lingkungan yang berkerumun," katanya.

Program vaksinasi di UII, jelas Linda, diatur melalui lima meja secara berurutan. Pada meja pertama, penerima vaksin diukur suhu dan tensinya. Suhu yang diperbolehkan adalah maksimal 37,5 derajat celsius dan tekanan darah 180/100.

Selanjutnya, penerima vaksin melakukan verifikasi data NIK di meja dua, kemudian pada meja tiga petugas kesehatan memberikan pertanyaan seputar riwayat kesehatan penerima vaksin.

Baca juga: UGM gelar vaksinasi massal untuk para dosen lansia

"Dalam tahap ini sangat memungkinkan untuk tidak melanjutkan ke proses selanjutnya, karena tidak sesuai dengan standar penerima vaksin," ujarnya.

Ketika dinyatakan layak, penerima vaksin diarahkan ke meja selanjutnya untuk dilakukan proses injeksi vaksin. Terakhir, penerima vaksin tidak langsung diperbolehkan pulang, karena harus diobservasi selama 30 menit untuk melihat tanda-tanda setelah vaksin. "Apabila tanda vitalnya baik, penerima vaksin diperbolehkan pulang," katanya.