44 orang positif COVID-19 dari klaster takziah di Sleman
29 Maret 2021 22:56 WIB
Ilustrasi - Petugas medis mengambil sampel darah saat tes diagnostic cepat (rapid test) COVID-19 di Pasar Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (9/6/2020). ANTARA/Hendra Nurdiyansyah/hp.
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan 44 orang positif COVID-19 berdasarkan tes usap antigen dari klaster takziah di Dusun Blekik, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.
"Sudah saya tanyakan ke kabupaten (Sleman, red.) yang Sardonoharjo dan memang betul ada yang semula dari takziah," kata Juru Bicara Pemda DIY untuk Penangan COVID-19 Berty Murtiningsih di Yogyakarta, Senin.
Ia menjelaskan dalam kasus itu, warga yang meninggal dunia tidak terinfeksi COVID-19. Meski demikian, putra dari warga yang meninggal itu terkonfirmasi positif COVID-19 setelah sebelumnya mengalami gejala.
Dinkes Sleman selanjutnya melakukan tes usap antigen terhadap para warga yang sebelumnya melayat ke rumah duka itu. Total 148 orang menjalani tes usap antigen pada 24 Maret dan 22 di antaranya dinyatakan positif.
Baca juga: Budaya ewuh pakewuh dan kluster keluarga
Pada 26 Maret, kata dia, pelacakan kontak erat terkait dengan klaster itu kembali dilakukan Dinkes setempat. Dari 174 orang yang melakukan tes usap antigen, 22 orang dikonfirmasi positif COVID-19.
Total 44 orang yang positif antigen selanjutnya menjalani tes usap PCR dan isolasi di selter Rusun Gemawang, Mlati, Sleman.
Meski hasil PCR belum keluar, menurut Berty, perlakuan terhadap mereka layaknya pasien positif COVID-19 pada umumnya.
Merespons kasus itu, Wakil Sekretariat Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY Biwara Yuswantana meminta Satgas Penanganan COVID-19 di desa memperketat pengawasan warganya terkait dengan potensi penularan COVID-19.
Di sisi lain, warga desa juga perlu meningkatkan kehati-hatian dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Ini perlu kesadaran masyarakat bahwa kondisinya masih seperti ini. Kita perlu betul-betul hati-hati," kata Biwara.
Baca juga: Waspadai peningkatan klaster penularan keluarga di Riau, kata satgas
Baca juga: Pemprov Jateng siap bantu Kemkumham tangani klaster Nusakambangan
"Sudah saya tanyakan ke kabupaten (Sleman, red.) yang Sardonoharjo dan memang betul ada yang semula dari takziah," kata Juru Bicara Pemda DIY untuk Penangan COVID-19 Berty Murtiningsih di Yogyakarta, Senin.
Ia menjelaskan dalam kasus itu, warga yang meninggal dunia tidak terinfeksi COVID-19. Meski demikian, putra dari warga yang meninggal itu terkonfirmasi positif COVID-19 setelah sebelumnya mengalami gejala.
Dinkes Sleman selanjutnya melakukan tes usap antigen terhadap para warga yang sebelumnya melayat ke rumah duka itu. Total 148 orang menjalani tes usap antigen pada 24 Maret dan 22 di antaranya dinyatakan positif.
Baca juga: Budaya ewuh pakewuh dan kluster keluarga
Pada 26 Maret, kata dia, pelacakan kontak erat terkait dengan klaster itu kembali dilakukan Dinkes setempat. Dari 174 orang yang melakukan tes usap antigen, 22 orang dikonfirmasi positif COVID-19.
Total 44 orang yang positif antigen selanjutnya menjalani tes usap PCR dan isolasi di selter Rusun Gemawang, Mlati, Sleman.
Meski hasil PCR belum keluar, menurut Berty, perlakuan terhadap mereka layaknya pasien positif COVID-19 pada umumnya.
Merespons kasus itu, Wakil Sekretariat Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY Biwara Yuswantana meminta Satgas Penanganan COVID-19 di desa memperketat pengawasan warganya terkait dengan potensi penularan COVID-19.
Di sisi lain, warga desa juga perlu meningkatkan kehati-hatian dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Ini perlu kesadaran masyarakat bahwa kondisinya masih seperti ini. Kita perlu betul-betul hati-hati," kata Biwara.
Baca juga: Waspadai peningkatan klaster penularan keluarga di Riau, kata satgas
Baca juga: Pemprov Jateng siap bantu Kemkumham tangani klaster Nusakambangan
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021
Tags: