Bio Farma akui impor bahan baku lebih efisien dari impor vaksin jadi
29 Maret 2021 20:33 WIB
Ilustrasi - Petugas memindahkan vaksin COVID-19 Sinovac setibanya di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (25/3/2021). Sebanyak 16 juta dosis vaksin COVID-19 Sinovac dalam bentuk curah kembali tiba di Indonesia yang selanjutnya akan dibawa ke Bio Farma untuk diproduksi. ANTARA FOTO/Fauzan/foc.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengakui bahwa impor bahan baku vaksin dari Sinovac jauh lebih efisien dari sisi harga ketimbang dengan impor vaksin yang sudah jadi.
"Perbandingan impor bahan baku dan jadi, lebih efisien kita impor bahan baku," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin.
Baca juga: Bio Farma terima 10 juta bahan baku vaksin COVID-19 gelombang ketiga
Honesti menjelaskan, dalam kasus importasi tiga juta dosis vaksin jadi dari Sinovac, harga vaksin ditetapkan sebesar 17 dolar AS per dosis. Melalui sejumlah negosiasi dan pemberian sekian ratus ribu dosis vaksin gratis, harga vaksin bisa ditekan menjadi sebesar 13,3 dolar AS per dosis.
"Pada saat impor bahan baku, harganya itu 10,9 dolar AS per dosis, jadi ada perbedaan sekitar hampir 3 dolar AS per dosis pada saat kita impor vaksin jadi dan kita produksi sendiri," katanya.
Honesti mengatakan selain efisiensi, keuntungan impor bahan baku vaksin juga akan dapat mendorong industri vital dalam negeri. Tidak hanya itu, mengimpor bahan baku juga akan mendorong transfer teknologi sehingga Indonesia ke depan mampu memproduksi vaksin COVID-19 sendiri.
Baca juga: Bio Farma jaga kualitas vaksin COVID-19 selama proses distribusi
Lebih lanjut, ia menjelaskan teknis pembentukan harga vaksin. Bio Farma memberikan usulan harga vaksin yang kemudikan diverifikasi oleh BPKP. Harga tersebut diserahkan kepada Kementerian Kesehatan untuk kemudian ditetapkan margin yang akan diterima Bio Farma.
"Proses pembentukan harga itu, dari usulan kita yang diverifikasi BPKP. Dan nanti dari Kemenkes menetapkan margin, itu yang kemudian jadi dasar kontrak pemesanan Kemenkes kepada Bio Farma," pungkas Honesti.
Baca juga: Bio Farma: Kapasitas vaksinasi gotong royong capai 4 juta per bulan
Baca juga: Bio Farma operasikan fasilitas produksi baru dukung pasokan vaksin
"Perbandingan impor bahan baku dan jadi, lebih efisien kita impor bahan baku," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin.
Baca juga: Bio Farma terima 10 juta bahan baku vaksin COVID-19 gelombang ketiga
Honesti menjelaskan, dalam kasus importasi tiga juta dosis vaksin jadi dari Sinovac, harga vaksin ditetapkan sebesar 17 dolar AS per dosis. Melalui sejumlah negosiasi dan pemberian sekian ratus ribu dosis vaksin gratis, harga vaksin bisa ditekan menjadi sebesar 13,3 dolar AS per dosis.
"Pada saat impor bahan baku, harganya itu 10,9 dolar AS per dosis, jadi ada perbedaan sekitar hampir 3 dolar AS per dosis pada saat kita impor vaksin jadi dan kita produksi sendiri," katanya.
Honesti mengatakan selain efisiensi, keuntungan impor bahan baku vaksin juga akan dapat mendorong industri vital dalam negeri. Tidak hanya itu, mengimpor bahan baku juga akan mendorong transfer teknologi sehingga Indonesia ke depan mampu memproduksi vaksin COVID-19 sendiri.
Baca juga: Bio Farma jaga kualitas vaksin COVID-19 selama proses distribusi
Lebih lanjut, ia menjelaskan teknis pembentukan harga vaksin. Bio Farma memberikan usulan harga vaksin yang kemudikan diverifikasi oleh BPKP. Harga tersebut diserahkan kepada Kementerian Kesehatan untuk kemudian ditetapkan margin yang akan diterima Bio Farma.
"Proses pembentukan harga itu, dari usulan kita yang diverifikasi BPKP. Dan nanti dari Kemenkes menetapkan margin, itu yang kemudian jadi dasar kontrak pemesanan Kemenkes kepada Bio Farma," pungkas Honesti.
Baca juga: Bio Farma: Kapasitas vaksinasi gotong royong capai 4 juta per bulan
Baca juga: Bio Farma operasikan fasilitas produksi baru dukung pasokan vaksin
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021
Tags: