Tanjungpinang (ANTARA News) - Sekitar seratus orang lebih warga Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, harus mengantre untuk membeli minyak tanah di salah satu pangkalan minyak tanah di Jalan Ahmat Yani Tanjungpinang, Senin.

Warga mengaku sudah mulai berdatangan di pangkalan minyak tanah tersebut dari Senin pagi, sebelum minyak tanah datang di pangkalan itu, sekitar pukul 15.00 WIB.

"Saya sudah dari pukul 07.00 WIB meletakkan jerigen di pangkalan ini, namun sampai pukul 17.00 WIB belum dapat minyak tanah, karena warga yang lain sudah duluan antre," kata salah seorang warga, Risma.

Risma mengaku datang dari Batu 9 Tanjungpinang yang berjarak sekitar lima km dari pangkalan minyak tersebut.

"Sudah tiga hari saya tidak bisa masak pakai minyak tanah akibat minyak tanah langka," ujarnya.

Menurut dia, selama tiga hari tersebut dia terpaksa membeli makanan jadi dan memasak pakai kayu.

"Jatah kompor dan tabung gas tiga kg dari pemerintah sampai saat ini belum saya dapatkan," katanya.

Antrean warga untuk mendapatkan minyak tanah tersebut mencapai 50 meter dengan jerigen yang sudah berjejer mencapai tiga lapis.

Puluhan warga kembali pulang dengan rasa kecewa karena tidak kebagian minyak tanah yang sudah habis sampai pukul 18.00 WIB.

"Saya tidak dapat membeli minyak tanah karena habis, padahal dari siang sudah mulai antre," kata Sri Yanti, warga lainnya.

Menurut dia, pihak pangkalan minyak tanah menjatah satu orang warga sebanyak tiga liter karena warga yang membutuhkan banyak sementara persediaan sedikit.

"Tiga liter dihargai pihak pangkalan Rp10.000, sayangnya kami tidak kebagian," katanya.

Menurut dia, kelangkaan minyak tanah di Tanjungpinang sudah terjadi sejak satu bulan terakhir.

"Kalau masak dengan kompor gas kami takut meledak, walaupun kami sudah dapat kompor dan tabung gas tiga kg dari pemerintah," ujarnya.

Sementara Jumri mengatakan, pemerintah terlalu cepat menarik minyak bersubsidi dari pasaran sehingga warga sangat dirugikan.

"Jangan pemerintah sewenang-wenang menarik peredaran minyak tanah dari pasaran, seharusnya bertahap jangan langsung 70 persen seperti saat ini," katanya.

Untuk memakai kompor gas, menurut dia, warga takut dan trauma, melihat kejadian akibat tabung gas tiga kg yang dibagikan pemerintah banyak yang meledak.

"Kami ini orang awam dan terkadang tidak paham, sehingga kami takut untuk menggunakan kompor gas tersebut," katanya. (NP/K004)