Yogyakarta (ANTARA News) - Puluhan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Senin menggelar unjuk rasa di Polda Daerah Istimewa Yogyakarta mendesak agar kapolda meminta maaf atas kasus salah tangkap yang menimpa mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

"Kami mendesak Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk meminta maaf secara terbuka di media massa atas kejadian salah tangkap yang menimpa Halis Sabri pada Jumat (4/6) lalu dengan tuduhan sebagai pelaku pemerkosaan," kata salah satu peserta aksi, Sulaiman.

Menurut dia, kejadin tersebut bermula ketika Halis Sabri dan sejumlah temannya sedang berada di sebuah warung kopi, tiba-tiba telepon genggamnya menerima pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal dan hanya mengatakan seorang perempuan dari Bandung.

"Kemudian perempuan tersebut menanyakan apakah korban bernama Denis, dan oleh korban dijawab ya, karena ingin tahu maksud dari perempuan itu, selain itu perempuan tersebut menanyakan apakah korban suka bermain bilyar? Dan oleh korban dengan jawaban ya," katanya.

Ia mengatakan, selang beberapa saat kemudian tiba-tiba datang lebih dari empat mobil di warung kopi, dan salah satu laki-laki yang turun menanyakan kepada korban apakah dirinya bernama Denis.

"Setelah korban menjawab ya, laki-laki tersebut bersama rekan-rekannya dengan cara kasar memaksa korban dan membawanya ke Polda DIY, Halis Sabri sempat menolak karena mereka tidak menyebutkan maksud dan tujuannya," katanya.

Setelah itu akhirnya salah satu lelaki meminta identitas Halis Sabri dan ditunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM) maupun Kartu Mahasiswa atas nama Halis Sabri.

"Tidak puas dengan identitas yang ditunjukkan, laki-laki tersebut memanggil dua perempuan dan menanyakan kepada mereka apakah mengenali Halis Sabri dan keduanya mengaku tidak mengenal. Namun laki-laki tersebut tetap membawa Halis Sabri ke Polda DIY dengan cara intimidasi," katanya.

Sedangkan, Halis Sabri mengatakan, setelah dirinya dibawa ke Polda DIY langsung diinterograsi selama sekitar 1,5 jam dan setelah ditemukan dengan korban pemerkosaan, ternyata dirinya merupakan korban salah tangkap.

"Saat dipertemukan korban pemerkosaan menyatakan jika bukan saya orangnya yang melakukan, setelah itu saya dilepaskan lagi dan tidak ada itikad baik Polda DIY untuk meminta maaf atas kejadian tersebut," katanya.

Direktur Reserse Kriminal Polda DIY, Kombes Pol Napoleon Bonaparte, yang menemui para pengunjuk rasa tersebut menolak menyebutkan peristiwa tersebut sebagai salah tangkap.

"Kami tidak melakukan penangkapan, saat itu kami hanya ingin mengkonfirmasi dengan korban karena jika itu dilakukan di warung kopi jelas tidak memungkinkan, dan setelah konfirmasi tersebut Halis Sabri kami lepas lagi dan statusnya juga bukan tersangka," katanya.

Sedangkan terkait desakan permintaan maaf, Napoleon tidak memberikan jawaban pasti dan hanya menyebutkan bahwa dirinya telah menyampaikan informasi kepada wartawan bahwa Halis Sabri bukan pelaku pemerkosaan.

"Masalah permintaan maaf akan kami pertimbangkan, yang jelas kami tidak pernah melakukan penangkapan terhadap Halis Sabri, apa yang kami lakukan hanya untuk konfirmasi dengan korban perkosaan, dan kami juga telah sampaikan ke wartawan pagi tadi," katanya.

Ia mengatakan, saat ini pihaknya telah berhasil menangkap tiga pelaku pemerkosaan terhadap mahasiswi berinisial M yang terjadi beberapa waktu lalu di sebuah motel di kawasan wisata Kaliurang yag salah satunya bernama Denis.

"Kami mendapatkaan nomor telepon Halis sabri daeri rekan korban pemerkosaan yang mengatakan mengenal Denis yang diduga sebagai pelaku pemerkosaan," katanya.
(ANT/P003)