DPR: Generasi milenial jangan malu jadi petani
29 Maret 2021 13:59 WIB
Petani milenial memeriksa kondisi tanaman brokoli di lahan pertanian desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (26/3/2021). Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan program Petani Milenial yang mengusung konsep pertanian modern dengan teknologi yang dikelola oleh generasi muda sebagai upaya mengurangi angka pengangguran dan menahan laju urbanisasi dengan berbisnis di desa. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Endang Setyawati Thohari menyatakan, generasi milenial atau kalangan muda di dalam negeri jangan sampai merasa malu menjadi petani karena saat ini perlu sekali adanya regenerasi profesi petani nasional.
"Anak muda atau kaum milenial ini harus mau dan jangan malu menjadi petani, karena bertani merupakan pekerjaan yang mulia yang tentunya memiliki potensi yang bagus ke depan," kata Endang Setyawati Thohari dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Endang menegaskan, sektor pertanian terbuka bagi siapa pun, terutama bagi anak muda.
Untuk itu, ujar dia, pihaknya juga mengajak anak muda untuk menjadi petani milenial di Tanah Air.
Apalagi, ia meyakini bahwa petani dengan kemampuan dan wawasan tentang pertanian yang baik akan mendukung terwujudnya cita-cita kedaulatan pangan di dalam negeri.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan beberapa hal penting yang bisa menjadi pegangan bagi petani milenial, sebagai acuan dalam membangun pertanian masa depan.
Ia mengungkapkan, anak muda harus membuat rencana jangka panjang yang jelas sebagai modal dasar dalam melangkah, sehingga petani muda tidak bisa berdiam diri tanpa memikirkan inovasi.
"Planningnya jelas dan harus terus perkuat. Jelas artinya budi dayanya tidak kabur. Pemasarannya sudah dikonsepkan dan pemasarannya sudah dipikirkan," kata Syahrul.
Dirinya juga menambahkan, petani milenial juga harus memiliki atensi dan berpikir keras untuk meraih kesuksesan sehingga anak muda tidak boleh menyerah bila satu kali gagal.
Sebelumnya, Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Puji Sumedi mendorong milenial mengembangkan pertanian berkelanjutan lewat pendekatan ekowisata sehingga pertanian menjadi bagian dari ekowisata.
"Ada pendekatan lain yaitu bagaimana kemudian mereka bisa bergerak dari sisi ekowisata sehingga pertanian menjadi bagian dari ekowisata," kata Puji dalam diskusi virtual tentang tantangan petani milenial.
Ia mengatakan, usaha-usaha mendorong semakin banyak petani muda lewat pendekatan berbeda itu telah dicoba dilakukan oleh KEHATI di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan mengenalkan prosesnya kepada kaum muda dari hulu yaitu pertanian sampai ke hilir yaitu pelatihan menjadi barista atau membangun ekowisata.
Pendekatan berbeda itu juga untuk menghindari pengalihan fungsi lahan yang mulai ditinggalkan karena semakin sedikit pemuda yang bekerja sebagai petani, katanya.
Baca juga: Mentan sampaikan lima pesan khusus untuk petani milenial di Jombang
Baca juga: Bank BJB siapkan dana KUR Rp1,1 triliun untuk petani milenial
Baca juga: Jabar siapkan 40 hektare lahan untuk program petani milenial
Baca juga: KEHATI: Peran petani milenial penting untuk lestarikan pangan lokal
"Anak muda atau kaum milenial ini harus mau dan jangan malu menjadi petani, karena bertani merupakan pekerjaan yang mulia yang tentunya memiliki potensi yang bagus ke depan," kata Endang Setyawati Thohari dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Endang menegaskan, sektor pertanian terbuka bagi siapa pun, terutama bagi anak muda.
Untuk itu, ujar dia, pihaknya juga mengajak anak muda untuk menjadi petani milenial di Tanah Air.
Apalagi, ia meyakini bahwa petani dengan kemampuan dan wawasan tentang pertanian yang baik akan mendukung terwujudnya cita-cita kedaulatan pangan di dalam negeri.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan beberapa hal penting yang bisa menjadi pegangan bagi petani milenial, sebagai acuan dalam membangun pertanian masa depan.
Ia mengungkapkan, anak muda harus membuat rencana jangka panjang yang jelas sebagai modal dasar dalam melangkah, sehingga petani muda tidak bisa berdiam diri tanpa memikirkan inovasi.
"Planningnya jelas dan harus terus perkuat. Jelas artinya budi dayanya tidak kabur. Pemasarannya sudah dikonsepkan dan pemasarannya sudah dipikirkan," kata Syahrul.
Dirinya juga menambahkan, petani milenial juga harus memiliki atensi dan berpikir keras untuk meraih kesuksesan sehingga anak muda tidak boleh menyerah bila satu kali gagal.
Sebelumnya, Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Puji Sumedi mendorong milenial mengembangkan pertanian berkelanjutan lewat pendekatan ekowisata sehingga pertanian menjadi bagian dari ekowisata.
"Ada pendekatan lain yaitu bagaimana kemudian mereka bisa bergerak dari sisi ekowisata sehingga pertanian menjadi bagian dari ekowisata," kata Puji dalam diskusi virtual tentang tantangan petani milenial.
Ia mengatakan, usaha-usaha mendorong semakin banyak petani muda lewat pendekatan berbeda itu telah dicoba dilakukan oleh KEHATI di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan mengenalkan prosesnya kepada kaum muda dari hulu yaitu pertanian sampai ke hilir yaitu pelatihan menjadi barista atau membangun ekowisata.
Pendekatan berbeda itu juga untuk menghindari pengalihan fungsi lahan yang mulai ditinggalkan karena semakin sedikit pemuda yang bekerja sebagai petani, katanya.
Baca juga: Mentan sampaikan lima pesan khusus untuk petani milenial di Jombang
Baca juga: Bank BJB siapkan dana KUR Rp1,1 triliun untuk petani milenial
Baca juga: Jabar siapkan 40 hektare lahan untuk program petani milenial
Baca juga: KEHATI: Peran petani milenial penting untuk lestarikan pangan lokal
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: